23 September, 2008

BAHAGIAKAN DIRI DENGAN SATU ISTRI

Buku yang ditulis oleh Ustadz Cahyadi Takriawan ini sungguh elegan dipaparkan oleh seorang suami, bapak, dan tentunya laki-laki. Jadi tulisannya adalah tulisan dari prespektif laki-laki, sosok yang sering dijadikan “tersangka” sebagai pelaku poligami. Meskipun tulisan Ustadz Cah adalah tulisan prespektif beliau sebagai laki-laki, tapi tulisannya banyak dilandaskan ilmu, dipandang dari segi syar’i maupun aspek kehidupan yang lainnya. Karena memang, ketika kita berargumen terhadap sesuatu, maka argumen-argumen itu adalah argumen yang harus dilandaskan pada ilmu, bukan argumen yang didasarkan perasaan belaka.

Buku ini memang tidak membahas hukum poligami, karena hukum poligami tidak usah menjadi perdebatan, karena secara nyata dan jelas telah tertulis dalam kitab suci AL Qur’an, bahwa poligami adalah mubah.
Buku ini lebih membahas praktek poligami yang terjadi di masyarakat kita

Issue poligami, memang sangat sensitive untuk dibicarakan. Kalau sudah menyangkut poligami, seolah-olah kemuliaan seorang lelaki menjadi berkurang. Seperti, ketika saya mendengarkan suatu perbincangan di salah satu radio di Bandung yang akan menghadirkan salah satu kandidat wakil walikota, ada seorang ibu yang menelpon dan menanyakan kepada penyiar, kebenaran issue bahwa salah satu calon wakil walikota itu memiliki istri 4 ? Dari pertanyaan itu, tersirat bahwa ibu tersebut tidak ingin memiliki pemimpin yang melakukan poligami…..

Ustadz Cah, di dalam bukunya tersebut mengkritisi pelaksanaan dari poligami itu sendiri. Image poligami menjadi negatif, karena pada kenyataannya, banyak pelaku poligami yang tindakannya itu tidak membawa kemaslahatan, malah lebih banyak mudharatnya. Jadi jangankan bernilai dakwah, apa yang mereka lakukan justru mencoreng keindahan hukum Islam itu sendiri, dan malah terjadi demarketing dalam dakwah. Secara umum, masyarakat Indonesia sendiri tampaknya masih “berat” menerima aturan poligami. Orang menjadi antipati terhadap para pelaku poligami, bahkan ketika yang berpoligami adalah public figure yang di hormati, terlebih seorang ustadz, para jama’ah pun dengan serta merta menjauh dari sang ustadz.

Kalau menurut pendapat saya pribadi, karena poligami memang diperbolehkan, maka sah-sah saja jika ada orang yang melakukan poligami, karena itu memang pilihan hidupnya. Kita tidak boleh berburuk sangka kepada para pelaku poligami, karena kita tidak mengetahui sedikit pun kondisi keluarga mereka yang sebenarnya. Karena boleh jadi, mereka yang melakukan poligami, telah mempersiapkan diri dan keluarganya secara baik. Sang suami telah memperlakukan istri dan anak-anaknya secara ma’ruf, telah memenuhi semua kebutuhan lahir batin secara layak dan baik, selalu mengajak diskusi istri dan anak-anaknya dalam setiap tindakan yang akan ia lakukan. Dan ternyata istri dan anak-anaknya pun selalu mendukung setiap keputusan suami dan ayah yang mereka cintai………tapi yang jadi masalah, model keluarga seperti ini ada tapi prosentasenya mungkin masih sangat sedikit. Justru yang nampak di permukaan adalah, model-model keluarga poligami yang gagal………..gagal karena suami telah sewenang-wenang menggunakan otoritasnya sebagai pemimpin dalam rumah tangga, sehingga dengan seenaknya, tanpa mengajak peran serta istri dan anak-anak untuk ikut terlibat dalam keputusan yang dibuatnya, dan setelah membuat keputusan sendiri, ia pun berbuat dzhalim karena benar-benar tidak dapat berlaku adil dalam menjalankan kehidupan poligaminya, …ada yang terdzhalimi baik dari segi lahir maupun batin….

Pro maupun kontra terhadap pelaksanaan poligami pastinya akan terus ada. Biasanya para wanita akan berkomentar “kok tega amat sih, si bapak anu menduakan istrinya, mana ada wanita yang ikhlas dimadu, semua wanita juga pasti sakit jika cintanya di bagi”. komentar seperti ini boleh jadi benar, tapi boleh jadi juga kurang tepat, karena umumnya orang berkomentar dari prespektif dirinya pribadi, dirinya tidak rela jika di madu, sehingga ketika menilai orang lain, maka ia menggunakan logika berfikir untuk dirinya.
Dari beberapa info yang saya dapat, ternyata ada juga sang istri yang justru meminta sang suami berpoligami.. Mungkin orang akan menilai bahwa tindakan istri tersebut adalah suatu tindakan bodoh. Tapi bagaimana bisa menilai itu suatu tindakan bodoh, sementara sang penilai tidak pernah tahu latar belakang dan frame of thinking dari seorang istri yang memperbolehkan suaminya berpoligami. Boleh jadi, istri tersebut adalah seorang muslimah yang memang sudah terbina dan memiliki motif ibadah yang mulia, misalnya sebagai bentuk ladang amalnya dalam membantu sesama muslimah yang belum memiliki suami, atau para janda yang membutuhkan pelindung maupun pengayom di kehidupannya.. Memang dibutuhkan keluasan hati, kesabaran yang luar biasa untuk menerima poligami, terlebih bagi pihak istri yang sering menjadi “korban”, dan tentunya sikap dan kepribadian ini tidak dapat diciptakan secara instant. Sikap ini muncul dari niat yang bersih, riyadah yang terus menerus sehingga memiliki keyakinan hati yang mantap dan tentunya muncul dari seorang yang berakhlak mulia.

Tapi saya pun sangat sependapat dengan ustadz Cah, ketika kita melakukan suatu ibadah, maka jangan hanya menilai ibadah tersebut dari satu sudut saja, misalnya karena secara fiqih poligami diperbolehkan, maka para suami dengan seenaknya melakukan poligami tanpa perhitungan. Menurut saya, ketika seorang suami akan melakukan poligami, maka ia harus melakukan suatu evaluasi mendetil tentang kesiapannya untuk berpoligami. Kesiapan yang tidak datang dari diri suami seorang, tapi kesiapan itu (seperti yang saya ungkapkan diatas) juga harus ada pada diri istri, anak-anaknya, keluarga besar seperti orang tua atau mertua, bahkan kesiapan dari istri berikutnya beserta keluarga besarnya. Setiap orang yang nantinya akan terlibat dalam kehidupan poligami harus disamakan dulu visi, misi, tujuannya atau frame of thinking-nya harus diselaraskan terlebih dahulu. Jangan sampai terjadi kekacauan di tengah perjalanan. Karena pernikahan hakekatnya untuk menyatukan keluarga, memperluas silaturahmi. Kalau pernikahan yang berikutnya dilakukan secara diam-diam, bagaimana mau memperluas silaturahmi? Yang ada, mungkin malah saling benci.

Pernikahan harus dilakukan untuk kemaslahatan dan tentunya kebahagiaan, tidak hanya untuk dirinya pribadi yang melakukan pernikahan, tetapi juga untuk seluruh keluarga. Termasuk jika para suami melakukan pernikahan berikutnya, maka pernikahan berikutnya tersebut adalah pernikahan yang harus membawa kemaslahatan yang lebih besar lagi, dan tentunya harus bernilai dakwah. Tidak boleh ada yang terdzhalimi, tidak boleh melakukan ibadah diatas dusta dan diam-diam. Ada banyak kasus, dimana suami menikah lagi tanpa sepengetahuan istri pertama. Atau ada yang terang-terangan menyatakan akan menikah lagi, padahal di satu sisi, sang istri, anak dan keluarga besarnya belum siap menerima keputusan poligami tersebut. Akibatnya timbulah perasaan sakit hati, merasa tidak dihargai, merasa dihianati. Kalau sudah begini, berarti telah terjadi suatu kedzhaliman. Padahal Rasulullah SAW telah memberikan pesan sebagai berikut:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan yang paling berlemah lembut terhadap istrinya.” (HR Tirmidzi)

Yang menarik dari apa yang dituturkan oleh Ustadz Cah adalah bahwa monogami merupakan sunah Rasul juga. Rasulullah SAW berpoligami setelah Siti Khadijah ra wafat, beliau SAW melaksanakan monogami selama 25 tahun pernikahan beliau SAW dengan Sita Khadijah ra, sedangkan kehidupan poligami dijalankan selama 10 tahun. kehidupan poligami Rasulullah SAW memiliki misi untuk kepentingan dakwah, sosial, budaya.

[+/-] Baca Selengkapnya...

21 September, 2008

JODOH ADALAH REZEKI

“Sesungguhnya setiap orang dari kalian diciptakan dalam kandungan ibunya 40 hari sebagai nutfah (sperma), 40 hari sebagai segumpal darah, 40 hari segumpal daging, kemudian diutuslah malaikat padanya dan ditiupkanlah kepadanya ruh. lalu malaikat itu diperintahkan untuk menetapkan empat kata, rezeki, umur, amalnya, senang atau susah.” (Mutafaq Alaih)

Salah satu rezeki yang dikaruniakan Allah kepada manusia adalah pasangan hidup. Ada orang yang dikaruniai kemudahan untuk mendapatkan pasangan hidup, sehingga dapat segera menggenapkan dien nya pada usia belia, di sisi lain tidak sedikit juga orang yang “agak kesulitan” untuk segera menggenapkan setengah dien nya sehingga dianggap telat nikah….tapi dalam pandangan saya, tidak ada kata terlambat untuk hal apapun, selama kita terus berikhtiar, tetap berdo’a, tetap memiliki niat yang lurus…..

Menyandang gelar “jomblo” memang suatu yang agak “menggerahkan”…….. setiap orang pastinya ingin memiliki pendamping hidup, apalagi pernikahan adalah sunah Rasul yang memiliki nilai ibadah yang tinggi…..tapi sekali lagi, kalau ternyata Allah belum berkenan untuk mempertemukan dengan pasangan hidup terbaik, ya nikmati saja masa penantian ini… yang penting Allah selalu ridha……..

Menjadi “jomblo” bukanlah suatu kelemahan atau kegagalan hidup. karena dengan status “jomblo” pun, masih dapat berprestasi dan meningkatkan amal shaleh, justru di tengah masa penantian, produktifitas amal shaleh harus senantiasa ditingkatkan. Seperti halnya, beberapa ulama besar yang tidak menikah sampai akhir hayatnya, ulama-ulama tersebut, diantaranya:
1.Abu Nashir Bisyr bin Al-Harits
2.Abu Ja’far Ath-Thabari
3.Abu Qasim Az-Zamakhsyari
4.Imam An-Nawawi
5.Syaikul Islam Ibnu Taimiyah
6.Karimah binti Ahmad Al-Marwaziyah
7.Syaikh Al-Badawi
8.Sayyid Qutub

Tapi bukan berarti kita harus mengikuti langkah para ulama tersebut yang memutuskan untuk tidak menikah, tauladan yang harus kita ikuti adalah Baginda Rasulullah SAW, RAsulullah SAW adalah orang yang paling beriman kepada Allah SWT, tapi beliau pun menikah, maka kita sebagai ummatnya pun harus mencontoh sunah beliau SAW. Para ulama diatas, yang semoga Allah senantiasa memuliakannya, memutuskan untuk tidak menikah karena waktunya dihabiskan untuk menuntut ilmu, membina ummat, menghasilkan karya-karya monumental yang hingga kini bisa dinikmati oleh ummat…dan seperti hadist diatas, bahwa jodoh adalah hak prerogative Allah SWT……..yang penting pada saat di dunia, terus memperbaiki diri untuk bisa menjadi orang yang di rahmati Allah, sehingga kalaupun seseorang tidak mendapatkan pasangan hidupnya di dunia, maka Allah sediakan bidadari/bidadara Nya di surga……..ingat, asal jadi orang yang shaleh/shalehah……..karena Allah tidak akan pernah ingkar akan janjiNya
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar Ruum: 21)

Apakah kita memiliki kualitas keimanan, keshalehan, kecerdasan seperti para ulama diatas?………jika kita tidak memilikinya, maka niat untuk menikah harus senantiasa dipancangkan dengan kuat, karena menikah akan menyempurnakan agama, Yang paling penting untuk diingat adalah jangan sampai berniat untuk menjomblo seumur hidup, karena kalau tidak berkeinginan menikah, maka ia bukan termasuk ummat Rasulullah SAW. Kalau ternyata belum nikah-nikah, itu lain soal, karena memang belum waktunya atau belum ada yang “klik”. Karena menikah bukan untuk sehari dua hari. Jadi pernikahan juga tidak bisa dipaksakan, tidak bisa diburu-buru. Mentang-mentang injury time, maka tanpa pilih-pilih menikah dengan siapa saja. Ketika akan menentukan pasangan hidup, bagaimanapun juga harus memilih, memilih pasangan hidup yang punya komitmen terhadap pelaksanaan ajaran Islam, dan tentunya “klik” dengan diri kita…….

Saya sering mendengar tausiyah Ustadz Aam yang seringkali membesarkan hati para jama’ahnya yang masih pada nge-jomblo, ……..beliau selalu mengatakan, “belum tentu ketika anda menikah, anda akan bahagia, saya seringkali menerima sms dari jama’ah yang mengatakan, “paka Aam, kok rasa-rasanya saya lebih bahagia ketika saya masih sendiri”……..Ustadz Aam selalu menekankan, bahwa orang yang belum menikah selalu memandang indah pernikahan, tapi setelah dijalani ternyata tak seindah yang diimpikan dan dibayangkan, maka anda harus realistis memandang persoalan pernikahan, bahwa ketika memasuki kehidupan berumahtangga, selain kebahagian yang akan anda raih, anda pun harus siap dengan segala pengorbanan, mengisi ruang hati anda tidak hanya untuk kebahagian, tapi boleh jadi, anda harus mengisi ruang hati anda untuk penderitaan, perjuangan dan pengorbanan…..maka untuk para jojoba (“jomblo-jomblo bahagia”), hadapi kondisi ini dengan penuh kesabaran dan senantiasa berdo’a agar kelak diberi pendamping hidup yang terbaik. Boleh jadi, status jomblo yang sekarang tengah dijalani, merupakan bentuk kasih sayang Allah, Allah tidak ingin melihat anda menderita ketika mendapatkan pasangan hidup yang ternyata sering mendzhalimi anda, sampai-sampai anda merasa, bahwa anda lebih bahagia ketika masih single……

So, untuk para jojoba, tetap semangat dalam penantian, tetap optimis, manfa’atkan masa penantian untuk meraih ilmu, meningkatkan kualitas diri sebaik mungkin……..semoga Allah segera menganugerahkan pasangan hidup yang dapat menuntun kita untuk lebih mencintai Allah dan Rasulnya, serta menganugerahkan keturunan yang kelak dapat menjadi penegak syiar agama Allah di muka bumi………

[+/-] Baca Selengkapnya...

SAYA JUGA MANUSIA

Ketika melihat berita di TV One, ada karikatur Bang One yang menceritakan kasus salah tangkap pembunuhan Asrori oleh tersangka Ryan, banyak fihak yang mempertanyakan kinerja aparat penegak hukum. tapi masing-masing tidak mau disalahkan, polisi dan kejaksaan merasa sudah melakukan tugasnya dengan benar. Singkat cerita, bang One teriak “jangan bilang polisi juga manusia”

Wah, jadi kesindir deh......soalnya saya pun seringkali berusaha untuk menutupi kesalahan dengan berucap “saya juga manusia” , tapi dengan teriakan bang One yang seperti itu, saya jadi merenung, kalau kita memiliki mental seperti ini, selalu menggunakan alasan bahwa kita manusia yang bisa saja melakukan kesalahan, manusia yang tidak bisa 100% sempurna tanpa cacat dan kelemahan, niscaya akan menjadikan kita sebagai pribadi yang tidak profesional, karena sedikit-sedikit berlindung dibalik alasan “saya juga manusia’, maksudnya bahwa orang lain tidak dapat menunutut kita sempurna .....maka mental seperti ini harus dikikis sebersih-bersihnya.......... oke, memang benar no bodies prefect, tapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan yang terbaik, mengerjakan tugas kita dengan penuh tanggung jawab....

Seharusnya ketika tahu bahwa kita memang salah, bukannya nyari pembelaan diri, tapi justru harus membuktikan diri, bahwa jika saat itu memang melakukan kesalahan maka seharusnya dengan cepat, sigap, cekatan segera memperbaikinya dan berjanji untuk tidak mengalami kesalahan serupa. Bukannya sibuk mencari alasan..........

Memang perlu waktu dan usaha yang melibatkan segenap kekuatan pada diri kita agar menjadi orang yang sportif, berani bertanggung jawab atas kesalahan yang pernah diperbuat, untuk kemudian menindaklanjuti dengan tindakan yang lebih baik dan lebih bermutu.....

[+/-] Baca Selengkapnya...

16 September, 2008

DUKA KAUM DUAFA, DUKA KITA SEMUA

Miris……… sedih sekali melihat 21 orang meninggal di Pasuruan Jawa Timur ketika kehabisan oksigen akibat berdesakan……..berjuang, berdesak-desak demi uang zakat 30 ribu…….. bagi kita mungkin mudah saja untuk mengatakan uang itu tidak seberapa, tapi mungkin tidak bagi mereka kaum duafa.
Dalam suatu wawancara dengan metro TV, DR Sarlito mengatakan “jangankan buat mereka yang sangat kesulitan mendapatkan uang, bagi orang-orang yang telah bekerja keras saja masih ada yang pendapatan perharinya dibawah 30 ribu”.
Jadi, memang wajar sekali jika mereka sampai berbondong-bondong untuk mendapatkan uang itu……….

Sedih, karena boleh jadi kejadian tersebut merupakan salah satu indikator bahwa Negara yang mayoritas muslim ini masih terpuruk dalam kubangan kemiskinan yang luar biasa…

Kejadian itu mengandung ibrah yang luar biasa besar……..
Pertama, sebagai umat Islam yang dititipi kelebihan harta oleh Allah, jangan pernah melalaikan kewajiban untuk menunaikan zakat. Kalau ternyata, kita tidak bisa ikut serta dalam scope yang besar untuk memberantas kemiskinan di Negara ini, maka (kalau kata Aa Gym, 3 M) mulai dari diri sendiri, mulai saat ini dan mulai dari hal yang kecil…..mulai lah memiliki kepedulian, bersihkan harta kita…... Kata para ahli ekonomi, sebenarnya Indonesia memiliki potensi zakat yang luar biasa, dan jika pengelolaannya baik, mungkin dapat membantu membebaskan umat dari lubang kemiskinan yang umumnya turun temurun…..

Kedua, umat Islam harus mulai memanfa’atkan badan amil zakat yang professional, terpercaya, auditable. Karena badan amil yang professional, tentunya memiliki pemetaan kantong-kantong kemiskinan, mengetahui siapa saja yang berhak mendapatkan zakat, memiliki program-program yang dapat memberikan kemaslahatan jangka panjang….sehingga amanah harta yang dititipkan akan lebih tepat sasaran dan memberi nilai manfa’at yang tinggi. Jika dibagikan langsung seperti kasus diatas, maka boleh jadi ada saja orang yang sebenarnya tidak berhak mendapatkannya tapi ikut antri juga……..
Meskipun, memberikan langsung kepada orang yang berhak juga tidak di larang, tapi kalau jumlahnya ribuan gitu, maka prosedur pembagiannya harus benar-benar disiapkan sedetil mungkin……..rasanya sulit untuk mengatur massa dalam jumlah banyak….

Apakah Negara ini benar-benar miskin? Bagaimana dengan uang Negara yang banyak masuk ke dalam kantong para koruptor. Maka pelajaran ketiga yang sangat penting untuk dievaluasi dan segera dilaksanakan adalah penegakkan hukum dinegara kita harus benar-benar dijalankan tanpa tebang pilih, tanpa pandang bulu. Terlebih orang-orang yang tahu hukum, jika mereka melakukan kejahatan itu, maka hukumannya harus benar-benar memberikan efek jera.
Pantas saja kalau Gubernur Jawa Barat, pak Ahmad Heryawan pernah mengatakan bahwa koruptor itu psikopat. Jadi ingat apa yang dipaparkan oleh dr Tauhid Nur Azhar di acara majelis Percikan Iman, bahwa seorang psikopat itu tidak harus seperti Ryan (yang nampak innocent meski telah menghabisi 11 nyawa), psikopat itu adalah orang yang tidak lagi bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Maka boleh jadi semua orang, memiliki potensi untuk menjadi psikopat ketika kita sudah tidak lagi bisa membedakan antara kebenaran dan kebatilan.

Saya sependapat dengan pak Ahmad Heryawan, bahwa koruptor itu psikopat……menurut saya psikopat sejati, coba saja anda lihat tampang-tampang mereka ketika menghadiri persidangan dan ketika disorot kamera, tidak ada sedikit pun rasa malu, bahkan dengan pe-de nya datang dengan dandanan aduhai, rada-rada tebar-tebar pesona dengan selalu memberikan senyum sana sini, ….
Benar sekali sabda Nabi SAW, bahwa malu adalah salah satu cabang iman, ketika seorang sudah tidak memiliki rasa malu, pada saat itu juga mereka sudah tidak punya lagi iman ….

[+/-] Baca Selengkapnya...

14 September, 2008

JURU KAMPANYE YANG BURUK

Cerita ini saya dengar dari ceramahnya Ustadz Budi Prayitno di Daarut Tauhid, yang saat itu sedang mendengarkan kisah para mualaf keturunan tionghoa, para saudara-saudara kita yang memang dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga non muslim, berjuang keras agar dapat mempertahankan hidayah yang telah mereka genggam. Begitu banyak ujian menerpa ketika keluarga besar mengetahui berubahnya aqidah anak mereka, saudara mereka, sampai ada seorang ayah yang merasa aib dan malu memiliki anak yang berubah menjadi seorang muslimah dengan busana yang sudah prefect, bergamis dan berjilbab besar. Salahkah mereka ketika mempunyai perasaan terhina ketika salah seorang anggota keluarganya memeluk Islam? ataukah kita umat Islam lah yang salah, karena strategi dakwahnya belum menyentuh orang-orang non Islam? karena kelakuan kita, umat Islam belum mencerminkan indahnya Islam?

Ustadz Budi bertutur......Di suatu kota yang mayoritas non muslim, ada seseorang yang suka adzan tapi suaranya jelek, hanya ia “keukeuh’ untuk jadi muadzin setiap kali waktu shalat tiba.
Suatu hari, seorang pendeta terkenal di kota tersebut, telihat oleh orang-orang disekitar membawa oleh-oleh yang banyak, ketika ditanya oleh-oleh itu untuk siapa, sang pendeta menjawab untuk si tukang adzan, sebagai bentuk rasa syukur dia, karena selama ini dia selalu resah dan gelisah.
Suatu saat, ketika ia sedang berkhotbah digereja, terdengar kumandang adzan, sampai suara adzan itu masuk ke dalam ruang gereja. tiba-tiba anaknya bertanya “ayah, suara apakah itu?”, sang ayah menjawab “itu suara adzan”. “adzan itu apa?” tanya sang anak. “adzan adalah panggilan bagi umat Islam untuk menghadap Tuhan nya”, papar sang ayah. “kok, panggilan untuk menghadap Tuhan jelek, kalau begitu saya gak jadi masuk Islam ”
Ternyata pendeta tersebut gundah gulana, resah gelisah, karena anaknya berkeinginan untuk masuk Islam, tapi karena mendengar suara muadzin yang jelek, sang anak membatalkan dirinya untuk memeluk Islam, pendeta itu pun bersyukur.

Ustadz Budi bertanya kepada jama’ah “siapakah muadzin itu?”
“Muadzin itu adalah kita, karena boleh jadi kita adalah juru kampanye yang buruk bagi Islam. tingkah laku kita, gaya hidup kita, tutur kata kita, mungkin sangat jauh dengan ajaran Islam, sehingga orang di luar Islam pun tidak tertarik terhadap Islam”

Dari uraian Ustadz Budi tersebut, saya pun merenung, ya boleh jadi apa yang dikatakan Ustadz Budi benar, ketika bercermin pada diri sendiri, maka pertanyaan terbesar dalam diri saya adalah “apa yang telah engkau kontribusikan terhadap agamamu?

[+/-] Baca Selengkapnya...

HATI SELUAS SAMUDERA

Kalau pagi hari sekitar jam 6.30, jalan Ciwastra biasanya padat, macet, merayap, kadang sedikit bikin stress, khawatir telat masuk kantor. Tapi di pagi hari bulan Ramadhan, jalanan berubah menjadi sepi, lenggang, sehingga kendaraan pun akan bebas melaju tanpa hambatan………
Apakah karena memang bulan Ramadhan sehingga orang-orang memundurkan aktivitasnya menjadi lebih siang?

Pagi itu, angkot yang saya naiki, berhenti dan dinaiki sekelompok anak-anak sekolah, hingga angkot pun nyaris penuh, padahal sekitar 8 meter di depannya sudah ada angkot yang nyaris kosong sedang ngetem. Melihat hal itu, pak supir yang sudah sepuh, yang angkotnya saya tumpangi segera tersadar, dan ketika sebagian anak sekolah menaiki angkotnya, pak supir pun berkata “neng, itu yang di depan aja…”, tapi tampaknya anak-anak sekolah itu malas turun, sehingga keukeuh pada berebutan untuk duduk, pak supir akhirnya membiarkan mereka untuk duduk……angkot pun melaju, dan ketika berpapasan dengan sang supir yang sedang ngetem, pak supir sepuh itu membunyikan klaksonnya…………… teeeeetttttt………….. pak supir sepuh pun menyapa supir yang sedang ngetem tersebut, seorang supir muda

Saya kira sang supir akan marah besar karena “jatah” penumpang yang harusnya menaiki angkotnya, malah naik angkot lain, itu yang biasanya saya lihat, para supir akan saling mengomel ketika penumpangnya ada yang merebut. Tapi subhanallah, kejadian yang saya temui sungguh indah, ada pembelajaran disana. Sang supir muda malah membalas pak supir sepuh, sambil menganggukkan kepalanya dan memberikan senyum manis, tangannya pun mempersilahkan pak supir sepuh untuk berjalan duluan………..
Saya fikir tidak mudah untuk bersikap seperti itu, ditengah situasi yang amat kompetitif, cari uang amat sulit, dapat menjadikan orang lebih agresif, dan mungkin juga emosional……… sang supir muda itu tampaknya memiliki keluasan hati, luas seperti samudera, sang supir memiliki kemampuan untuk menerima kejadian itu dengan lapang dada………

Saya menilai, apa yang dilakukan sang supir adalah sebagai wujud menghormati orang yang lebih tua, dan sang supir pun tampaknya tidak takut kehilangan rezeki. Ya, salayaknya kita pun dapat mencontoh nilai kebaikan dari siapapun orang yang kita temui. Rezeki setiap orang memang sudah ditentukan Allah. Kalaupun pada saat itu sang supir kehilangan beberapa penumpangnya, semoga Allah segera menggantikan dengan rezeki yang berlipat ganda.

[+/-] Baca Selengkapnya...

09 September, 2008

SERIAL CINTA (1)

Judul diatas adalah judul buku yang ditulis oleh Ustadz Anis Matta, berisi tentang makna, hakekat, contoh dan bagaimana menjadi pecinta sejati.........

Disebutkan bahwa cinta itu tak terdefinisikan. Cinta ditakdirkan sebagai kata tanpa benda, ia tidak terlihat tapi dapat dirasakan. Cinta adalah nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari sebuah kekuatan.

Benar sekali, ketika seseorang jatuh cinta, maka tanda-tanda jatuh cinta itu dapat dirasakan, dapat dilihat ciri-cirinya, tapi si pelaku tak dapat mendefinisikannya..... yang terjadi adalah bayangan si dia yang dicintai selalu menyertai setiap langkah hidup kita......... di hati kita ada si dia..........di fikiran kita ada bayang-bayang si dia..........sampai ketika makan pun melihat nasi seperti melihat dia, ketika membuka buku ada lintasan si dia, pokoknya dalam setiap detik yang kita lewati, bayang-bayang si dia selalu mengintai..........kalau sudah gitu, sebagian orang bilang, kondisi seperti ini malah bikin tambah semangat, karena dengan selalu ingat si dia maka ia pun ingin sekali menghasilkan prestasi terbaik agar si dia menjadi bangga.....tapi ada juga yang bilang kalau sedang jatuh cinta, gara-gara ingat dia terus malah jadi gak konsen........

Jatuh cinta bisa membuat seseorang mendadak menjadi seorang penyair hebat, tiba-tiba ia bisa menulis kata-kata yang puitis and romantis, buku diary pun bisa cepat penuh, setiap pertemuan dengan si dia akan ditulis dengan detil, bagaimana senyumnya, sapanya, salamnya, dan tutur kata yang lainnya.............

Semua orang pasti merasakan jatuh cinta, jadi sangat manusiawi sekali karena cinta adalah fitrah........tapi kalau gak pandai memanage perasaan itu, bisa-bisa malah salah jalan...........bisa-bisa waktu kita habis gak karuan karena cuma ingin menghabiskan waktu dengan si dia atau karena sepanjang waktu ingat dia terus.........apalagi kalau belum halal, maka perasaan dan perbuatan yang berlebihan malah bisa menjerumuskan kita pada hal yang tidak di ridhai Allah...............tapi kalau sudah halal, maka mewujudkan rasa cinta kepada orang yang dicintai adalah suatu amal shaleh. Ada do’a yang sangat indah tentang mencintai dan dicintai yang tercantum dalam HR Tirmidzi, do’anya berbunyi sebagai berikut:
“Ya Allah, aku memohon curahan cintaMu dan kecintaan orang-orang yang mencintaiMu, serta memohon curahan amal yang dapat menghantarkan diriku mencintaiMu. Ya Allah, jadikanlah kecintaan kepadaMu lebih tertanam dalam jiwaku melebihi kecintaanku kepada diri sendiri dan keluargaku.” (HR Tirmidzi)
Dari redaksi do’a tersebut terlihat bahwa puncak cinta tertinggi adalah ketika kita mencintai Allah sepenuh hati dan jiwa raga kita ……………….


Cinta adalah kebenaran, hati yang dipenuhi cinta akan mudah menerima kebenaran, karena cinta adalah cahaya mata hati kita. Cinta dapat meledakkan potensi kebaikan dan keluhuran dalam diri, dari mata air keluhuran itulah akan mengalir sungai-sungai kebaikan kepada semua yang ada disekelilingnya.
Cinta dapat membentuk watak yang baik, jiwa yang halus. Cinta dapat memanusiakan manusia dengan memperlakukan manusia dengan etika kemanusiaan yang tinggi.
Menurut Ibnul Qayyim, cinta adalah penggerak jiwa sang pencinta kepada yang dicintainya.
Kita bisa melihat dalam kehidupan sehari-hari, orang tua yang mendidik anak-anaknya dengan sentuhan cinta, akan menghasilkan anak-anak dengan keluhuran budi pekerti, anak-anak yang cerdas, anak-anak yang pemberani..........sangat berbeda dengan anak-anak yang dididik dalam aroma kekerasan, penghinaan, pelecehan, maka ia pun akan tumbuh sebagai seorang yang pendendam, keras hati, egois, rendah diri dan sifat-sifat negatif lainnya, seluruh potensi kebaikan sang anak seakan luruh terus menerus setiap orang tuanya menempelkan stigma negatif.........
Jika orang dipenuhi cinta, mungkin kita tidak akan mendengar majikan yang sangat kejam memperlakukan pembantunya, disiksa, dilecehkan, tidak dibayar gajinya bahkan sampai dibunuh......
Jika dunia dipenuhi cinta, mungkin gak akan ada perang yang sangat memilukan, perang yang membawa penderitaan bagi umat manusia. Peperangan dan penindasan hanya lahir dari jiwa-jiwa yang kotor, jiwa penuh dendam, jiwa yang penuh keserakahan...........dalam bukunya tersebut, ustadz Anis Matta menyebutkan bahwa perang adalah brutalisme, sadisme, dan kanibalisme.

Pecinta sejati adalah mereka yang selalu menginspirasi kekasih untuk meraih kehidupan yang paling bermutu yang mungkin ia raih sesuai potensinya. Seseorang yang dipenuhi rasa cinta, maka ia akan menjadi seorang pribadi yang selalu meng-up grade kualitas dirinya, karena ketika dia tahu salah maka ia pun akan cepat-cepat melakukan koreksi, ia ingin membentuk dirinya yang terus berubah ke arah yang lebih baik, senantiasa menjadi orang yang dinamis................tidak menjadi orang yang gagap, baik gagap teknologi maupun gagap sosial. Ustadz Anis Matta juga menyebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya ketidakharmonisan dalam keluarga, karena masing-masing pribadi dalam keluarga tersebut terdiri dari orang-orang yang stagnan, yang tidak mau berubah......dari sejak awal pernikahan sampai pernikahan yang sudah berjalanan tahunan bahkan puluhan tahun hanya begitu-begitu saja.............istri tidak tahu bagaimana menyenangkan suami dan anak-anaknya............suami pun tidak tahu bagaimana menyenangkan istri dan anak-anaknya.........dari dulu sampai sekarang masih suka gak nyambung kalau di ajak diskusi, masih tetap pemarah, pencemburu, masih tidak memiliki jiwa empati, tetap menjadi pemalas dan kebiasaan buruk lainnya yang masih terus dipelihara..........

Cinta dapat membawa suatu perubahan yang dahsyat, maka ketika ingin merubah sesuatu maka rubahlah dengan cinta. Tapi cinta pastinya membutuhkan kesabaran, keteguhan hati, kepercayaan.
Rasulullah SAW pun seorang pecinta sejati, ketika beliau SAW berdarah-darah karena dilempari orang-orang Thaif yang menolak dakwahnya, Jibril pun geram serta menawarkan bantuan untuk menghancurkan mereka, tapi karena Rasulullah SAW dipenuhi rasa cinta, beliau menolak tawaran jibril, beliau SAW malah mendo’akan agar orang-orang Thaif itu diberi hidayah dan melahirkan generasi yang ta’at dan beriman kepada Allah SWT. Karena pesona baginda Rasulullah SAW lah, pada akhirnya banyak orang yang tertarik dengan keindahan Islam dan mengukuhkan diri dalam rasa persaudaran karena kesamaan iman. Ajaran Islam memang sangat indah, tetapi apakah umat Islam sekarang sudah seindah ajarannya?

[+/-] Baca Selengkapnya...

03 September, 2008

AQIQAH BUKTI RASA SYUKUR

Saya seringkali mendengar para jama’ah yang menanyakan masalah aqiqah pada ustadz Aam, bahkan ada jama’ah yang sudah berumur, tapi karena dulu orang tuanya tidak meng-aqiqahinya, ia berniat untuk melaksanakan aqiqah. Wah, beliau mungkin semangat sekali untuk menunaikan ibadah ini.

Kebetulan juga, sahabat saya, teman ngobrol saya ketika berangkat kerja, juga bertanya tentang aqiqah. Sahabat saya ini mendapatkan anugerah keponakan perempuan.........pastinya lucu ya, kayak tantenya....he..he...ups, tantenya jangan ge-er ya....

Pas ngobrol dengan sahabat saya ini, saya tidak dapat menjelaskan argumen yang rinci and detail, yang saya tahu, aqiqah adalah ibadah yang terikat dimensi waktu. Bahwa bayi yang baru lahir, di aqiqahi pada hari ke-7, diberi nama dan dipotong rambutnya, yang nantinya ditimbang untuk disetarakan dengan emas, dan uangnya disedekahkan. That’s all........tapi dengan pertanyaan sahabat saya, saya jadi punya ghirah untuk mencari informasi tentang aqiqah ini lebih detil lagi. So, sepulang kerja, saya cek satu persatu buku dan majalah yang ada di lemari, siapa tahu ada yang membahas secara khusus. Tapi hampir satu jam saya cari, ternyata saya tidak menemukannya. Akhirnya saya berkutat dengan komputer di kamar adik saya yang agak gelap, saat itu saya ingin menulis tentang suatu masalah. Eh, taunya di pinggir mouse yang sedang saya pegang dari tadi, ada buku kecil milik adik saya terjatuh karena tersenggol tangan saya (bukunya disimpan di pinggir meja sih...), pas saya ambil.........subhanallah, judulnya “Aqiqah Dalam Pandangan Islam”, buku kecil ini diterbitkan oleh Niaga Ummul Quro.........Alhamdulillah, pas banget.........apalagi diterbitkan oleh Niaga Ummul Quro, suatu lembaga yang saya percaya kapasitas dan kredibilitasnya, karena memang salah satu spesialisasi Niaga Ummul Quro berkaitan dengan hewan Qurban dan hewan Aqiqah........ lembaga ini adalah lembaganya Ustadz Abu Syauqi, yang kemarin dicalonkan PKS sebagai calon wakil walikota Bandung dari pasangan Trendi..........saya sudah mengenal Abu Syauqi sejak saya masih kuliah di ITB, karena saya pernah mendapat tausiyah-tausiyah dari Ummu Syauqi yang suka memberikan tausiyah di keputrian kampus, dan beberapa sahabat kuliah saya sering menyebut-nyebut Niaga Ummul Qura, sehingga nama Niaga Ummul Qura cukup akrab ditelinga saya ......

Berikut ini saya kutip ilmu dari buku kecil yang berjudul “Aqiqah Dalam Pandangan Islam”, semoga bermanfaa’at......

Agar ibadah yang kita lakukan diterima Allah SWT sebagai amal shaleh, maka ibadah kita harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, baik dalam waktu pelaksanaannya maupun dalam caranya, sehingga kita harus memahami makna aqiqah seperti yang diajarkan Rasulullah SAW.

“setiap anak digadaikan dengan aqiqah, ia disembelihkan binatang pada hari ketujuh dari kelahirannya, diberi nama, dan dicukur kepalanya.” (HR Tirmizi, Ibnu Majah dan Samirah)

Jika kita memiliki barang yang dapat mendatangkan manfa’at serta bangga memilikinya, tapi barang tersebut dalam keadaan tergadai. Bagaimana sikap kita?. Tentunya semaksimal mungkin kita akan menebusnya. Begitupula aqiqah, karena aqiqah adalah upaya menebus anak kita yang masih tergadai. Aqiqah adalah wujud rasa syukur atas anugerah sekaligus amanah yang diberikan Allah

Makna Aqiqah
Menurut bahasa, Aqiqah berarti memutus/memotong, sedangkan menurut istilah Syar’i, aqiqah adalah menyembelih kambing untuk anak yang baru dilahirkan pada hari ke tujuh dari kelahirannya.
“setiap anak digadaikan dengan aqiqah ia disembelihkan binatang pada hari ketujuh dari kelahirannya, diberi nama, dan dicukur kepalanya.” (HR Tirmizi, Ibnu Majah dan Samirah)
Berarti pelaksanaan aqiqah adalah:
Pertama, menyembelih kambing
Kedua, memberi nama
Ketiga mencukur kepalanya
Jika telah melaksanakan 3 hal diatas, maka kita telah mengaqiqahkannya

Hukum Aqiqah
Para Fuqaha berbeda pendapat dalam hal ini. Ada yang menyatakan wajib, sunnah mu’aqadah dan ada yang menolak aqiqah yang disyari’atkan. Pendapat terakhir adalah pendapat ahli fiqih Hanafiyah.
Yang berpendapat wajib diantaranya : Hasan Basri, Al Laits, Ibnu Saad.
Yang berpendapat sunnah mu’aqadah adalah sebagian besar ahli ilmu fiqih dan ijtihad, diantaranya pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad. Dan inilah pendapat yang terkuat.

Aqiqah Untuk Laki-laki dan Perempuan
Afdhalnya untuk anak laki-laki disembelih dua ekor, sedangkan untuk anak perempuan satu ekor, namun ada yang memperbolehkan untuk anak laki-laki satu ekor, terutama apabila anak kembar atau sedang mangalami kesempitan
Dari Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Ibnu Abas ra, disebutkan “Bahwa sesungguhnya Rasulullah telah mengaqiqahkan Hasan dan Husain satu kambing satu kambing.”

Waktu pelaksanaan Aqiqah
Sesuai hadist diatas bahwa aqiqah lebih diutamakan dilakukan pada hari ketujuh dari kelahirannya.
“setiap anak digadaikan dengan aqiqah ia disembelihkan binatang pada hari ketujuh dari kelahirannya, diberi nama, dan dicukur kepalanya.” (HR Tirmizi, Ibnu Majah dan Samirah)

Memotong sendiri
orang yang mengaqiqahkan anaknya dan ia pandai menyembelih, disunnahkan untuk menyembelih sendiri dan membaca “ Bismillahi Wallahu Akbar, Allahumma Shali Alaa Muhammadin Wa’alaa Aalaihi Wasalim Allahumma Minka Wailaika Taqabal min..........fulan bin fulan (Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar, Ya Allah berilah rahmat dan sejahtera kepada Nabi Muhammad dan keluarganya. Ya Allah ini dari Engkau dan kembali kepada Engkau maka terimalah ini dari........fulan bin fulan.

Pembagian Daging Aqiqah
Pembagian daging Aqiqah seperti pembagian daging qurban, yaitu:
1.Dibagikan sebagian kepada fakir miskin sebagai sedekah
2.Dibagikan kepada kaum kerabat
3.Dibagikan kepada tetangga
4.Dibagikan kepada suku bangsa tertentu sebagai hadiah
5.Sebagian boleh dimakan sendiri
“Timbanglah rambut Husain dan bersedekahlah dengan berat rambut tersebut dengan perak dan berikanlah kaki aqiqah kepada satu suku bangsa.” (HR Baihaqi dari Ali ra)
Ahli fiqih membolehan juga mengadakan walimah aqiqah dengan mengundang fakir miskin, kaum kerabat dan yang lainnya untuk makan bersama berkumpul guna mempererat ukhuwah islamiyah.

Memberi Nama
Disunahkan memberi nama dengan nama yang baik, sesuai dengan harapan orang tua pada anak, karena sesungguhnya dalam nama terkandung do’a orang tua.

Mencukur Rambut
Disunahkan mencukur rambut bayi yang baru lahir, kemudian rambutnya di timbang dengan perak/emas, kemudian rambutnya tersebut ditimbang, disetarakan dengan emas/perak, dan disedekahkan kepada fakir miskin.

Hukum Tentang Kambing Aqiqah
Hal-hal yang disyaratkan dalam aqiqah adalah hal-hal yang dipersyaratkan dalam qurban, yaitu:
-Kambingnya mencapai umur untuk kambing, biasanya ditandai dengan telah tanggalnya gigi depan
-Kambingnya sehat
-Kambing yang tidak cacat

Do’a Untuk Anak
U’idzuka bi kalimaa tilahit tammati, min kuli syaithoni wa hammah, wamin kulli a’inin laammah (Aku perlindungkan Engkau (wahai bayi) dengan kalimat Allah yang sempurna dari setiap godaan syaithan dan racun, dan setiap pandangan yang penuh kebencian.)

[+/-] Baca Selengkapnya...

KETENANGAN BUAH KEDEKATAN PADA ALLAH

Salah satu sahabat saya sedang mengalami kegundahan, tekanan yang amat sangat di kantor (menurut beliau), “rasa-rasanya kalau gak ingat keluarga, rasanya pengen secepatnya resign dari kantor…”, keluh sahabat saya.

Saya adalah orang yang sering mendapat curhatan dari beliau………ingin sekali saya membantu meringankan bebannya yang nampaknya begitu berat. Menurut beliau, cobaan datang bertubi-tubi. Suaminya di PHK, kena tipu dengan jumlah uang yang lumayan banyak dan akhir-akhir ini pimpinan beliau di kantor menilai performa kerja nya menurun drastis, akibatnya teman saya ini sering kena “cipratan emosi” sang bos, dan lama kelamaan setiap tindakannya selalu dianggap salah….rasanya tidak ada yang dianggap benar. Puncaknya teman saya mendapat teguran keras, ditegur keras di hadapan orang lain………kalau kita mendapat teguran, kan inginnya hanya empat mata saja, gak perlu ada orang lain yang tahu kesalahan kita……. Akhirnya sahabat saya pun curhat lagi sambil berlinangan air mata, karena teguran sang bos sangat menusuk harga dirinya…….. karena sang bos memarahinya di hadapan orang lain dengan kata-kata yang amat “nyelekit”………

Sebagai seorang teman, yang hanya bisa saya lakukan adalah menjadi pendengar yang baik……saya pernah dengar, bahwa secara psikologis, ketika manusia membeberkan masalahnya pada manusia lain, maka ia akan merasa lebih ringan. ….. Sejak awal sahabat saya curhat, saya hanya memposisikan diri sebagai pendengar, saya biarkan sahabat saya curhat sepuasnya, saya tidak punya power yang bisa membantunya dari keterpurukan, saya hanya bisa memotivasi dengan kalimat yang bisa saya ucapkan “sabar aja, pasti semua ada hikmahnya. Setiap manusia pasti mengalami ujian, tinggal kita memanage segala ketidak-enakan hidup menjadi sesuatu yang kaya akan ibrah yang bisa dipetik. Maka ketika kita tahu betapa banyak hikmah di balik semua kejadian, kita akan menjadi orang yang banyak bersyukur.”………aduh, saya berbicara seperti itu, karena saya tidak di posisi beliau, saya tidak merasakannya, saya hanya coba berempati, tapi tetap saja saya tidak bisa merasakan apa yang dia rasakan. Saya hanya bisa membayangkan beban dan kepedihannya………

Akhirnya saya katakan pada sahabat saya ini, “coba aja shalat tahajud, ngadu aja sama Allah……..curhat semuanya. Kalau yang saya rasakan, ketika menyempatkan diri untuk shalat tahajud, maka biasanya akan ada perasaan enjoy, safe dan perasaan easy going lainnya dalam menatap kehidupan yang memang harus kita perjuangkan dan harus kita jalani. Meskipun saya punya masalah berat, saya merasakan semuanya bisa di handle dengan baik….karena kita pun harus yakin, bahwa setiap kesulitan diapit dengan segala kemudahan yang Allah sediakan untuk kita.”…..ya, sebagai manusia, kepada siapa lagi kita bisa ngadu, kalau tidak kepada Dzat Maha Penguasa, Allah SWT…..kalau ngadu ke orang tua, nanti malah membebani beliau, menjadi beban fikiran beliau, ngadu ke teman, paling juga cuma bisa mendengarkan (seperti saya ini), paling cuma bilang sabar…..tapi kalau ngadunya ke Allah, pasti bakal ada jalan keluar, sesulit apapun ujian itu……saat ngadu, kita bisa berurai air mata seenak kita, nangis seenak kita, pokoknya mau jadi manusia tercengeng di dunia juga gak apa-apa, karena Allah gak akan memarahi kita………kalau sama manusia, melihat wajah kita yang melo terus, kuyuk, gak semangat aja pasti bosen juga. Mungkin mereka bilang “nih orang, kok gak ada semangatnya sedikit pun” ……..
Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah berkata “Jika Engkau mendapat cobaan yang sulit, tak ada yang pantas engkau lakukan kecuali berdo’a dan menyerahkan semuanya kepada Allah setelah bertaubat dengan serius.”

Beberapa hari kemudian, sahabat saya sharing lagi mengenai hasil shalat tahajudnya…..”ternyata memang benar, setelah saya tahajud, perasaan tuh tenang, ngadepin hidup lebih rileks, rasanya sudah pasrah aja. Kemarin aja saya dapat bocoran dari orang personalia, kalau saya mau ditegur lagi sama bos, mau ada panggilan “khusus”. Dan memang akhirnya saya dipanggil ke ruang bos, fikiran saya sudah yang enggak-enggak, pasti bos akan marah-marah lagi…tapi ternyata, semua di luar dugaan, bos malah lebih lembut, dia bilang yang sudah terjadi sudah, gak usah diungkit-ungkit lagi, bos marah besar sama saya karena saya sering lalai….bla-bla..bla…”.sebenarnya lumayan panjang cerita sahabat saya itu…
Saya pun segera menanggapi ceritanya dengan mengatakan “Alhamdulillah, Allah pasti menolong kita. Sesulit apapun ujian kita, kalau kita mau mendekat, mohon ampun, mohon pertolongannya, pasti Allah tidak akan pernah mensia-siakan setiap uraian do’a kita. Allah tidak akan pernah meninggalkan kita. Saya rasa, hati bos yang menjadi lembut adalah bentuk pertolongan Allah. Dan ketika kita menjadi pasrah, diberi ketenangan untuk mengahapi semuanya, itu pun bentuk pertolongan Allah. Karena kalau menurut saya, sebagai manusia, kita gak bisa dengan mudah mendapat ketenangan itu, kecuali kalau kita benar-benar minta pada Allah, agar Allah senantiasa memberikan ketenangan”.
“Allah lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang Mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka. Dan kepunyaan Allah lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS AL Fath 48:4)

Mungkin bagi orang-orang yang jauh dari Allah, tidak pernah mau mendekat untuk meminta pertolongan, ketika dia mendapatkan ujian demi ujian, maka boleh jadi ia akan sangat stress, dia gak bakalan punya yang namanya ketenangan. Jadi, ketenangan adalah sesuatu yang sesungguhnya amat sangat mahal……bersyukurlah kita bisa memperoleh, bisa merasakan ketenangan tersebut…”

Akhirnya, saya merasa bersyukur bahwa sahabat saya bisa mendapatkan ketenangan dan tentunya bisa pasrah dalam menghadapi kehidupan.

Biarkan hari-hari bertingkah semaunya
Buatlah diri ini rela ketika ketentuan Nya bicara
Dan jangan gelisah dengan kisah malam
Tak ada kisah dunia ini yang abadi
(Imam Syafi’i)


Kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya ujian, setelah ujian satu selesai maka kita harus siap-siap mengahadapi ujian berikutnya, itu sudah sunatullah, jadi persiapkan saja diri kita, agar ketika kita mendapat ujian, maka kita dapat bersikap bijak untuk memperlakukannya,. Dan kita pun harus ingat, bahwa bentuk ujian tidak selalu ujian yang berisi penderitaan saja, tapi kesenagan hidup yang kita rasakan bisa menjadi batu ujian juga. Apakah dengan kesenangan itu kita bisa mensyukurinya, atau kita malah menjadi sombong..
Saya jadi ingat sabda Rasulullah SAW, bahwa sungguh mengagumkan mental orang yang beriman, karena ketika diberi ujian dia bersabar, dan itu baik baginya. Ketika diberi kesenangan ia akan bersyukur, dan itu baik baginya.
Jadi kalau orang yang beriman, selalu memandang semua kejadian dengan kaca mata positif.

Saat saya mendengar Percikan Iman pagi di Radi Oz, saya dapat ilmu lagi dari ustadz Aam, beliau mengatakan bahwa ketika kita menghadapi masalah, maka tergantung kaca mata apa yang kita pakai. Ketika kita memakai kaca mata hitam, maka kertas putih pun akan terlihat hitam, tetapi kalau kita memakai kaca mata yang jernih dan bersih, maka kertas putih akan terlihat putih. Kita harus selalu memiliki prasangka baik pada Allah. Bukankah Allah sesuai dengan prasangka hambaNya?, jadi kalau ada prasangka buruk, hendaknya kita harus segera memformat ulang cara pandang yang kita pakai.

Semoga Allah, senantiasa memberikan kemudahan dan ketenangan dalam setiap langkah kehidupan kita….

[+/-] Baca Selengkapnya...

01 September, 2008

JANGAN MENUNGGU.......

Di awal Ramadhan, anda semua tentunya banyak mendapatkan SMS berisi ucapan selamat, tausiyah, saling mengingatkan, saling mendo’akan dan saling memohon ma’af.
Begitupun dengan saya, saya mendapatkan SMS itu dari sahabat-sahabat terbaik saya. Redaksi dari SMS-nya beragam, pokoknya sahabat-sahabat saya ini kreatif juga.
Ada yang ketika saya baca, membuat saya tersenyum sendiri, kok bisa-bisa nya orang membuat SMS dengan redaksi yang lucu tapi tetap “kena” ke hati, (meskipun kadang-kadang saya fikir, redaksi itu merupakan hasil forward, soalnya saya mendapatkan SMS senada dari beberapa sahabat......but anyway saya tetap senang dapat SMS seperti itu)...........
Tapi ada juga yang ketika saya baca, redaksinya ya biasa-biasa aja, tapi meskipun isinya standar, saya pun sangat senang menerimanya, karena yang terpenting adalah atensi dari sahabat-sahabat pada diri saya. .............saya pun kalau nulis SMS, isinya standar juga kok..........suatu atensi harus benar-benar dihargai dan dihormati, karena bagaimanapun juga, mereka telah meluangkan waktunya, mengambil pulsa HP-nya, hanya untuk mengirim SMS pada saya. Kadang saya tidak dapat mengirimkan SMS pada semua daftar yang ada di phonebook, mungkin ada skala prioritasnya, ngirim SMS kepada orang yang memang dekat dengan saya atau yang sering berinteraksi dengan saya, karena kemungkinan bikin dosa sama merekanya boleh jadi lebih besar. Bukan soal pilih-pilih, tapi memang terkadang saya meng-SMS di sela-sela aktivitas yang lain, sehingga tentunya ada juga sahabat yang terlewat tidak mendapat SMS tanpa saya sadari...(disamping tentunya karena pulsanya ternyata udah habis)..........
Selain redaksi SMS yang lucu dan standar, ternyata ada juga redaksi SMS yang “menyentil” hati dan perasaan, waduh isinya malah bikin sedih (bukan sedih karena nyakitin, tapi sedih karena mungkin kita masuk kategori apa yang ditulis di SMS tersebut). Berikut ini salah satu redaksi SMS yang isinya “menyentil” . Sesaat setelah membaca SMS tersebut, saya pun merenungkan kalimat demi kalimat yang ditulis dalam SMS tersebut......

“Jangan menunggu kesepian melanda, baru menghargai persahabatan. Jangan menunggu dicintai, baru mau mencintai. Jangan menunggu kekuasaan di tangan, baru berani menegakkan kebenaran. Jangan menunggu kekayaan, baru mau berbagi. Jangan menunggu orang lain terluka, baru mau meminta ma’af. Jangan menunggu kesulitan tiba, baru mau mendengar nasehat. Saudaraku jangan menunggu...karena kita tidak tahu berapa usia kita. FAFIRRU ILA ALLAH, Bersih Hati dan Diri di Bulan yang suci. Marhaban Ya Ramadhan...” isi SMS nya gak ada yang saya edit, by the way, saya belum minta izin menggunakan kalimat diatas pada sahabat saya ini , tapi saya yakin beliau pasti mengizinkannya kok (pe de gini!)....saya yakin karena isi SMS nya bisa menjadi renungan, tapi harusnya bukan hanya menjadi renungan saja, harus dibuktikan melalui tindakan....

Berkaitan dengan redaksi SMS diatas, saya jadi ingat pesan Baginda Rasulullah SAW.
“Rasulullah SAW bersabda: “Gunakanlah 5 perkara sebelum datang 5 perkara:1. masa mudamu sebelum tua, 2. masa sehatmu sebelum sakit, 3. masa lapangmu sebelum sibuk, 4. masa beradamu (kaya) sebelum jatuh miskin dan 5. masa hidupmu sebelum mati.”(HR. Muslim dan Tirmizi dari Amru bin Maimun r.a.)

Memang, salah satu sifat buruk manusia adalah selalu menunda-nunda. Padahal sudah diberi keluasan....keluasan harta, keluasan ilmu, keluasan waktu dan keluasan-keluasan yang lainnya yang dapat digunakan sebagai sarana agar diri ini bisa terus menjadi insan yang produktif dalam beramal shaleh...

“Jangan menunggu kesepian melanda, baru menghargai persahabatan.”.
Betul banget, Terkadang kita suka menganggap orang lain seperti diri kita, padahal orang lain adalah individu yang jauh berbeda dengan kita. Kadang kita tidak mampu berempati kepada teman, bahkan kepada keluarga, akibatnya kita tidak bisa mengontrol perilaku dan ucapan........padahal boleh jadi, apa yang kita lakukan, apa yang kita ucapkan malah membuat orang lain terluka.........kalau sudah begini, jadilah kita pribadi yang menyebalkan, dan mulailah orang menjauhi, maka selamat menderita karena kesepian di tengah keramian akan segera menemani hari-hari yang akan dilalui.....
“Allah Ta’ala berfirman :”Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS Al Mukmin:18)

“Jangan menunggu dicintai, baru mau mencintai.”
Memang sih, pengennya kita selalu mendapat cinta dari sekeliling, kita selalu ingin diperhatikan, disayang, ...pokoknya diperlakukan secara baik...........tapi kadang kita gak sadar, kalau kita ini pelit banget untuk mencintai, menyayangi atau memperlakukan orang lain secara ahsan.........
“Kasihilah yang di bumi, niscaya yang dilangit akan mengasihimu.” (HR Tirmidzi)
Sifat kasih sayang itu harus dilatih dan dipelihara agar tetap subur. Saya mendapatkan tips dari majalah Tarbawi Edisi 35, Mei 2002. untuk melatih dan menumbuhsuburkan kasih sayang, antara lain:
1. Suburkan kasih sayang dengan meningkatkan keikhlasan
Kasih sayang tak mungkin ada tanpa keikhlasan. Memiliki sikap selalu berempati hanya bisa muncul pada orang-orang yang memiliki keikhlasan.

2. Bersikap adil dalam menilai manusia
Jangan pernah memiliki sikap untuk membeda-bedakan manusia dari segi kedudukan, harta, fisik atau menilai orang lain dengan kaca mata duniawi dan materi. Jangan merendahkan orang lain yang dianggap memiliki kekurangan dalam pandangan manusia, karena boleh jadi dalam pandangan Allah orang tersebut lebih mulia.

3. Perbarui kasih sayang
Terkadang manusia diserang rasa jenuh, bosan. Maka pesan Rasulullah SAW agar kasih sayang dan cinta tetap bersemi di hati, adalah dengan saling memberi hadiah.
“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai.”

4. Perhatikan kisah orang lain yang memiliki jiwa kasih sayang yang tinggi
Ada kisah tentang seorang ahli ibadah yang dinyatakan menjadi ahli neraka karena ia mengurung kucing sampai kelaparan. Tapi ada juga orang yang berlumuran dosa, tapi ternyata ia ditetapkan sebagai ahli surga karena menolong minum seekor anjing yang akan mati kehausan.
Jadi jangan anggap sepele bentuk kasih sayang. Lakukan saja yang terbaik, meskipun apa yang kita kerjakan dianggap kecil.

5. Perbanyaklah silaturahmi
Banyak bersilaturahmi, melihat kehidupan lain yang jauh lebih susah akan melembutkan hati dan memupuk rasa kasih sayang pada sesama.

“Jangan menunggu kekuasaan di tangan, baru berani menegakkan kebenaran.”
Terkadang kita menganggap masa bodoh dengan apa yang terjadi di sekeliling, karena ada anggapan bahwa memberantas kemaksiatan, dan menegakkan kebenaran adalah tugas aparat, buat apa mereka di gaji kalau kita juga harus turun tangan....
Tapi sebagai muslim yang baik, seharusnya ikut terlibat untuk meluruskan segala kebengkokan yang terjadi. Ya, kalau gak punya kekuatan fisik, materi atau jabatan, minimal dengan hati, dengan mendo’akan agar segala ketidakberesan yang ada didepan mata bisa segera diluruskan. Walaupun itu dikategorikan sebagai selemah-lemahnya iman.
Gak usah jauh-jauh, misal kita mulai dari lingkungan keluarga, kalau ada adik atau kakak yang mulai gak lurus, jangan nunggu orang tua untuk menegurnya, kita harus sama-sama saling mengingatkan. Begitupun di lingkungan kerja atau masyarakat.......

“Jangan menunggu kekayaan, baru mau berbagi.”

Kadang kita suka mengidentikan berbagi dengan membagi materi. Padahal banyak hal yang bisa kita bagi untuk sekeliling kita. Minimal berwajah cerah dan memberikan senyuman yang terbaik, itu juga sudah dianggap shadaqah.

“Jangan menunggu orang lain terluka, baru mau meminta ma’af”
Dulu, ketika saya masih SMA, ada sahabat saya yang sedikit-sedikit suka minta ma’af....kami, teman-temannya suka mentertawakan tindakan teman tersebut, karena malah dianggap aneh.........aneh, karena kita gak biasa meminta ma’af, bahkan ketika menyadari bahwa kita salah pun, masih egois, enggan untuk meminta ma’af terlebih dahulu....padahal kalau direnungkan, justru tindakan teman saya itu, adalah bentuk kehati-hatian beliau agar tidak menyakiti orang lain........yah, walaupun tidak harus se-ekstrim mpok Minah yang ada di Bajai Bajuri....tapi kecepatan menyadari kesalahan yang ditindaklanjuti dengan permohonan ma’af adalah hal yang mulia....


“Jangan menunggu kesulitan tiba, baru mau mendengar nasehat.”

Ketika orang tua memberikan nasehat yang banyak, kadang sebagai anak gak mau mendengarkannya. Padahal orang tua kita adalah orang yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, jadi tentunya mereka memiliki feeling yang lebih baik untuk kebaikan anak-anaknya. Sang anak suka nekat, karena dia memang belum pernah merasakan akibat buruk dari keputusan yang diambil tanpa meminta second opinion dari orang lain, terutama nasehat dari orang tua........

Ya Allah, semoga nasehat diatas, dapat menjadi pemicu agar senantiasa bisa menyegerakan segala kebaikan, sampai sekarang saja, saya merasa masih jauh dari apa yang dinasehatkan itu......

Btw, makasih loh mas atas nasehatnya............

[+/-] Baca Selengkapnya...

PENGOTOR JIWA

Allah SWT menciptakan tampilan fisik manusia berbeda-beda, tapi pada awalnya, kualitas qalbu atau jiwanya adalah sama. Tetapi, meskipun kualitas jiwa sama, seiring perjalanan waktu, kualitas jiwa bisa berbeda-beda karena ada yang tetap dijaga ada juga yang tidak.
“Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan dirinya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS 91:9-10)

Ada beberapa hal yang dapat mengotori jiwa manusia, yaitu:
1.Tidak mau belajar
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (QS 16:76)

2.Tergesa-gesa
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa, kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda azabKu, maka janganlah kamu minta kepadaKu mendatangkannya dengan segera.” (QS 21:37)
Tergesa-gesa memang tabiat manusia, tapi dengan tergesa-gesa bisa membuat hati kotor

3.Tidak mengasah jiwa syukur
Kadang manusia tidak bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diperolehnya, rasanya selalu saja ada yang kurang.
“Andaikan manusia mempunyai dua lembah harta (emas), maka dia inginkan yang ketiga, dan setelah dia punya lembah yang ketiga, maka dia ingin lembah yang keempat.” (HR Bukhari Muslim)
Agar bisa mengasah jiwa syukur maka lihatlah orang yang lebih kekurangan.

4.Keluh kesah
“sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh kesah” (QS 70:19)

5.Merasa diri suci
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olokan kaum yang lain, boleh jadi mereka (kaum yang diolok-olokan itu) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olokan perempuan-perempuan (yang lain), boleh jadi perempuan-perempuan (yang diperolok-olokan itu) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokan), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-buruk nama (panggilan ialah) panggilan fasik sesudah beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari keburukan orang dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Adakah diantara kamu suka memakan daging saudaranya yang mati? Maka kamu membenci (memakan)nya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” ( QS 49: 11-12)

6.Lingkungan yang tidak kondusif
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan nya di pagi dan senja dengan mengharap keridhoan Nya .” (QS 18:28)

Dikutip dari Majelis Percikan Iman, 22 Juli 2008

[+/-] Baca Selengkapnya...