25 Maret, 2010

KACA SPION

Sejak bekerja saya tidak pernah lagi berkunjung ke Perpustakaan Soemantri Brodjonegoro di Jalan Rasuna Said, Jakarta. Tapi, suatu hari ada kerinduan dan dorongan yang luar biasa untuk ke sana. Bukan untuk baca buku, melainkan makan gado-gado di luar pagar perpustakaan. Gado-gado yang dulu selalu membuat saya ngiler. Namun, baru dua tiga suap, saya merasa gado-gado yang masuk ke mulut jauh dari bayangan masa lalu. Bumbu kacang yang dulu ingin saya jilat sampai piringnya mengkilap, kini rasanya amburadul. Padahal ini gado-gado yang saya makan dulu. Kain penutup hitamnya sama. Penjualnya juga masih sama. Tapi mengapa rasanya jauh berbeda? Malamnya, soal gado-gado itu saya ceritakan kepada istri. Bukan soal rasanya yang mengecewakan, tetapi ada hal lain yang membuat saya gundah.

Sewaktu kuliah, hampir setiap siang, sebelum ke kampus saya selalu mampir ke perpustakaan Soemantri Brodjonegoro. Ini tempat favorit saya. Selain karena harus menyalin bahan-bahan pelajaran dari buku-buku wajib yang tidak mampu saya beli, berada di antara ratusan buku membuat saya merasa begitu bahagia. Biasanya satu sampai dua jam saya di sana. Jika masih ada waktu, saya melahap buku-buku yang saya minati. Bau harum buku, terutama buku baru, sungguh membuat pikiran terang dan hati riang.

Sebelum meninggalkan perpustakaan, biasanya saya singgah di gerobak gado-gado di sudut jalan, di luar pagar. Kain penutupnya khas, warna hitam. Menurut saya, waktu itu, inilah gado-gado paling enak seantero Jakarta. Harganya Rp500 sepiring sudah termasuk lontong. Makan sepiring tidak akan pernah puas. Kalau ada uang lebih, saya pasti nambah satu piring lagi.

Tahun berganti tahun. Drop out dari kuliah, saya bekerja di Majalah TEMPO sebagai reporter buku Apa dan Siapa Orang Indonesia. Kemudian pindah menjadi reporter di Harian Bisnis Indonesia. Setelah itu menjadi redaktur di Majalah MATRA. Karier saya terus meningkat hingga menjadi pemimpin redaksi di Harian Media Indonesia dan Metro TV.

Sampai suatu hari, kerinduan itu datang. Saya rindu makan gado-gado di sudut jalan itu. Tetapi ketika rasa gado-gado berubah drastis, saya menjadi gundah. Kegundahan yang aneh. Kepada istri saya utarakan kegundahan tersebut. Saya risau saya sudah berubah dan tidak lagi menjadi diri saya sendiri. Padahal, sejak kecil saya berjanji jika suatu hari kelak saya punya penghasilan yang cukup, punya mobil sendiri, dan punya rumah sendiri, saya tidak ingin berubah. Saya tidak ingin menjadi sombong karenanya.

Hal itu berkaitan dengan pengalaman masa kecil saya di Surabaya. Sejak kecil saya benci orang kaya. Ada kejadian yang sangat membekas dan menjadi trauma masa kecil saya. Waktu itu umur saya sembilan tahun. Saya bersama seorang teman berboncengan sepeda hendak bermain bola. Sepeda milik teman yang saya kemudikan menyerempet sebuah mobil. Kaca spion mobil itu patah.

Begitu takutnya, bak kesetanan saya berlari pulang. Jarak 10 kilometer saya tempuh tanpa berhenti. Hampir pingsan rasanya. Sesampai di rumah saya langsung bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Upaya yang sebenarnya sia-sia. Sebab waktu itu kami hanya tinggal di sebuah garasi mobil, di Jalan Prapanca. Garasi mobil itu oleh pemiliknya disulap menjadi kamar untuk disewakan kepada kami. Dengan ukuran kamar yang cuma enam kali empat meter, tidak akan sulit menemukan saya. Apalagi tempat tidur di mana saya bersembunyi adalah satu-satunya tempat tidur di ruangan itu.

Tak lama kemudian, saya mendengar keributan di luar. Rupanya sang pemilik mobil datang. Dengan suara keras dia marah-marah dan mengancam ibu saya. Intinya dia meminta ganti rugi atas kerusakan mobilnya. Pria itu, yang cuma saya kenali dari suaranya yang keras dan tidak bersahabat, akhirnya pergi setelah ibu berjanji akan mengganti kaca spion mobilnya.

Saya ingat harga kaca spion itu Rp2.000. Tapi uang senilai itu, pada tahun 1970, sangat besar. Terutama bagi ibu yang mengandalkan penghasilan dari menjahit baju. Sebagai gambaran, ongkos menjahit baju waktu itu Rp1.000 per potong. Satu baju memakan waktu dua minggu. Dalam sebulan, order jahitan tidak menentu. Kadang sebulan ada tiga, tapi lebih sering cuma satu. Dengan penghasilan dari menjahit itulah kami — ibu, dua kakak, dan saya – harus bisa bertahan hidup sebulan.

Setiap bulan ibu harus mengangsur ganti rugi kaca spion tersebut. Setiap akhir bulan sang pemilik mobil, atau utusannya, datang untuk mengambil uang. Begitu berbulan-bulan. Saya lupa berapa lama ibu harus menyisihkan uang untuk itu. Tetapi rasanya tidak ada habis-habisnya. Setiap akhir bulan, saat orang itu datang untuk mengambil uang, saya selalu ketakutan.

Di mata saya dia begitu jahat. Bukankah dia kaya? Apalah artinya kaca spion mobil baginya? Tidakkah dia berbelas kasihan melihat kondisi ibu dan kami yang hanya menumpang di sebuah garasi? Saya tidak habis mengerti betapa teganya dia. Apalagi jika melihat wajah ibu juga gelisah menjelang saat-saat pembayaran tiba. Saya benci pemilik mobil itu. Saya benci orang-orang yang naik mobil mahal. Saya benci orang kaya.

Untuk menyalurkan kebencian itu, sering saya mengempeskan ban mobil-mobil mewah. Bahkan anak-anak orang kaya menjadi sasaran saya. Jika musim layangan, saya main ke kompleks perumahan orang-orang kaya. Saya menawarkan jasa menjadi tukang gulung benang gelasan ketika mereka adu layangan. Pada saat mereka sedang asyik, diam-diam benangnya saya putus dan gulungan benang gelasannya saya bawa lari. Begitu berkali-kali. Setiap berhasil melakukannya, saya puas. Ada dendam yang terbalaskan.

Sampai remaja perasaan itu masih ada. Saya muak melihat orang-orang kaya di dalam mobil mewah. Saya merasa semua orang yang naik mobil mahal jahat. Mereka orang-orang yang tidak punya belas kasihan. Mereka tidak punya hati nurani.

Nah, ketika sudah bekerja dan rindu pada gado-gado yang dulu semasa kuliah begitu lezat, saya dihadapkan pada kenyataan rasa gado-gado itu tidak enak di lidah. Saya gundah. Jangan-jangan sayalah yang sudah berubah. Hal yang sangat saya takuti. Kegundahan itu saya utarakan kepada istri. Dia hanya tertawa. ”Andy Noya, kamu tidak usah merasa bersalah. Kalau gado-gado langgananmu dulu tidak lagi nikmat, itu karena sekarang kamu sudah pernah merasakan berbagai jenis makanan. Dulu mungkin kamu hanya bisa makan gado-gado di pinggir jalan. Sekarang, apalagi sebagai wartawan, kamu punya kesempatan mencoba makanan yang enak-enak. Citarasamu sudah meningkat,” ujarnya. Ketika dia melihat saya tetap gundah, istri saya mencoba meyakinkan, “Kamu berhak untuk itu. Sebab kamu sudah bekerja keras.”

Tidak mudah untuk untuk menghilangkan perasaan bersalah itu. Sama sulitnya dengan meyakinkan diri saya waktu itu bahwa tidak semua orang kaya itu jahat. Dengan karir yang terus meningkat dan gaji yang saya terima, ada ketakutan saya akan berubah. Saya takut perasaan saya tidak lagi sensisitif. Itulah kegundahan hati saya setelah makan gado-gado yang berubah rasa. Saya takut bukan rasa gado-gado yang berubah, tetapi sayalah yang berubah. Berubah menjadi sombong.

Ketakutan itu memang sangat kuat. Saya tidak ingin menjadi tidak sensitif. Saya tidak ingin menjadi seperti pemilik mobil yang kaca spionnya saya tabrak. Kesadaran semacam itu selalu saya tanamkan dalam hati. Walau dalam kehidupan sehari-hari sering menghadapi ujian.

Salah satunya ketika mobil saya ditabrak sepeda motor dari belakang. Penumpang dan orang yang dibonceng terjerembab. Pada siang terik, ketika jalanan macet, ditabrak dari belakang, sungguh ujian yang berat untuk tidak marah. Rasanya ingin melompat dan mendamprat pemilik motor yang menabrak saya. Namun, saya terkejut ketika menyadari yang dibonceng adalah seorang ibu tua dengan kebaya lusuh. Pengemudi motor adalah anaknya. Mereka berdua pucat pasi. Selain karena terjatuh, tentu karena melihat mobil saya penyok.

Hanya dalam sekian detik bayangan masa kecil saya melintas. Wajah pucat itu serupa dengan wajah saya ketika menabrak kaca spion. Wajah yang merefleksikan ketakutan akan akibat yang harus mereka tanggung. Sang ibu, yang lecet-lecet di lutut dan sikunya, berkali-kali meminta maaf atas keteledoran anaknya. Dengan mengabaikan lukanya, dia berusaha meluluhkan hati saya. Setidaknya agar saya tidak menuntut ganti rugi. Sementara sang anak terpaku membisu. Pucat pasi. Hati yang panas segera luluh.

Saya tidak ingin mengulang apa yang pernah terjadi pada saya. Saya tidak boleh membiarkan benih kebencian lahir siang itu. Apalah artinya mobil yang penyok berbanding beban yang harus mereka pikul. Maka saya bersyukur. Bersyukur pernah berada di posisi mereka. Dengan begitu saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Setidaknya siang itu saya tidak ingin lahir sebuah benih kebencian. Kebencian seperti yang pernah saya rasakan dulu. Kebencian yang lahir dari pengalaman hidup yang pahit.

(Disadur dari tulisan Andi F Noya)

[+/-] Baca Selengkapnya...

25 Desember, 2009

TIPS MENGHAFAL AL-QUR’AN

Bergetar hati ini, ketika mendengarkan alunan ayat suci yang dibacakan oleh anak-anak kecil penghafal Al Qur’an dalam acara pengajian yang saya dengar di radio MQ….subhanallah…indah banget suara ciptaan Allah itu…..
Ayat-ayat suci Al Qur’an begitu indah didengar, menghujam ke hati, meski saya tak faham apa yang dilantunkan…..Maha Suci Allah yang telah menuntun kita dengan firman-firmanNya…....

Setelah 2 anak kecil, ayat-ayat Al-Qur’an dibaca oleh seorang Hafizh yang pandangannya dijaga Allah karena tidak dapat melihat, ustadz Awaludin namanya….
Anak kecil saja bisa…beliau yang matanya tidak bisa melihat saja bisa….kenapa kita yang sudah dewasa seperti ini…. dianugerahi nikmat penglihatan…. tak bisa memanfa’atkan karunia Allah untuk bisa memahami ayat-ayat Al Qur’an….menghafalnya dan melaksanakannya…..ya Allah berilah kami kemampuan untuk memiliki semangat yang tinggi menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an….
Berikut tips dari ustadz Awaludin untuk menghafal Al-Qur’an:
1.Minta pada Allah
2.Azzam (tekad) yang kuat
3.Istiqomah…terus menerus membaca Al-Qur’an….jangan sampai baca 3 hari, libur satu bulan
4.Sabar dalam ikhtiar…terus berusaha meski gak hafal-hafal

[+/-] Baca Selengkapnya...

14 Oktober, 2009

AWET MUDA DAN BENING HATI

Pengen awet muda gak?......dalam salah satu tausiyah yang saya ikuti, ada tips agar kita bisa awet muda….salah satu nya adalah dengan memiliki hati yang bening….ciri-ciri hati yang bening:
a)selalu mensyukuri apa yang dimilikinya
Nabi SAW mengatakan, jika kamu susah, perhatikan yang lebih susah daripadamu
b)pandai mengendalikan emosi
c)punya jiwa pema’af
d)lapang dada untuk memperbaiki diri
e)suka membalas keburukan orang lain dengan kebaikan
f)sangat bertawakal kepada Allah





[+/-] Baca Selengkapnya...

13 Juli, 2009

KATANYA JADI PEMIMPIN ITU BERAT

Berat dengan amanah yang bakalan ditanggungnya.......tapi realita yang kita lihat sekarang, banyak orang yang berebut untuk memperoleh kekuasaan, sampai segala cara ditempuh, meskipun harus melakukan cara yang melanggar norma....

Umar bin Abdul Aziz, menangis dan bersedih hati ketika diamanahi jabatan........kenapa? karena Umar r.a tahu persis tanggung jawab yang harus ditunaikan dan yang paling penting adalah pertanggungjawabannya kelak di yaumil hisab.... So, kalau ada seorang yang berhasil meraih suatu jabatan, dan ia merasa bahagia, bangga berlebihan tanpa merasa bakalan ada beban berat yang akan dipinggulnya, kita sebagai rakyat patut waspada....
maka seharusnya kita memilih pemimpin yang amanah, yang rela mewakafkan dirinya untuk kepentingan rakyatnya.........pemimpin yang mau melayani rakyatnya, bukan ingin dilayani....

[+/-] Baca Selengkapnya...

18 April, 2009

ENGKAU MEMANG TIDAK PANTAS JADI WAKIL KAMI

Prihatin...prihatin sekali, melihat tayangan di TV tentang sikap caleg yang tak dapat menerima kekalahan......bunuh diri, stress sampai masuk rumah sakit jiwa, mengambil kembali pemberian yang telah diserahkan kepada masyarakat....ada yang narikin kembali uang, ada yang ngambil kembali TV, bahkan ada yang mengambil kembali karpet yang sudah diserahkan ke mesjid.....

Apakah ada yang salah dari niat mereka mencalonkan diri?.......kenapa jadi pamrih?....
Disangkanya menjadi pemimpin itu mudah..........padahal ketika mereka telah duduk sebagai anggota dewan, fitnah dunia bakalan kencang menerpa.........fitnah harta, tahta dan wanita..........
Betapa sering kita mendengar anggota DPR yang terlibat kasus korupsi....terlibat skandal dengan wanita....apakah semua itu tidak jadi pelajaran bagi mereka yang kalah?...

Menjadi pemimpin adalah hal berat...karena kepemimpinan kita harus dipertanggungjawabkan di yaumil hisab kelak......bagaimana kalau kita tidak bisa menjadi pemimpin yang adil?...bagaimana jika rakyatnya masih berada dalam kehidupan yang serba terbatas...bukankah itu semua menjadi tanggung jawab seorang pemimpin juga?

Sahabat Umar ra menangis ketika diamanahi sebuah jabatan...menangis karena tau betapa berat amanah yang harus ditanggung untuk dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah...........
Para pemimpin kita juga menangis sih.....tapi tampaknya menangis karena bahagia memiliki sebuah jabatan........

Pelajaran moral yang saya dapatkan pada diinul Islam: pantang meminta-minta jabatan...tapi jangan mundur ketika amanah itu datang....

[+/-] Baca Selengkapnya...

20 Maret, 2009

BASA - BASI, PENTING GAK SIIIIIIHHHHH??????........

Menurut anda, basa-basi penting gak siiiiih????
Kalau menurut saya, tergantung……..menurut saya, ada 2 tipe basa-basi….ada basa-basi yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan….seperti apakah?

Basa-basi yang menyenangkan adalah basa-basi yang bisa bikin orang yang dibasa-basiinnya seneng….contoh, ketika seseorang menanyakan kabar kesehatan keluarganya “ gimana, ibu sehat?”…”anak-anak pada sehat, sekarang kelas berapa” …dan sapaan-sapaan lain, yang ringan tapi terasa sangat bermakna bagi yang ditanyakan…artinya beliau merasa diperhatikan….
Basa-basi juga penting untuk mencairkan suasana yang gak nyaman, suasana yang menegangkan……misal ketika adik kakak berantem, marah-marahan…..mau nyapa duluan gengsi, akhirnya ada salah satu pihak yang mulai mencairkan suasana terlebih dahulu…”de, tadi ada temennya yang telpon”……dst……

Basa-basi yang gak menyenangkan…kayaknya bisa dirasakan dengan hati…karena memang orang tuh ada yang berbasa-basinya tulus, ikhlas….tapi mungkin ada juga yang basa-basinya karena ada motif tertentu, contohnya: basa-basi yang hanya cari muka atasan atau basa-basi yang ujung-ujungnya suka bikin gak enak, ………”Hai, pa kabar….wah, makin hebat aja nih…bla-bla-bla…by the way, aku belum bisa bayar hutang nih” …ujung-ujungnya dia males bayar hutang, padahal mampu untuk bayar…..

Kesimpulannya: basa-basi boleh-boleh aja, asal bukan basa-basi yang basi…..

[+/-] Baca Selengkapnya...

10 Maret, 2009

CARA NAGIH HUTANG

Pada pidato pemakaman seseorang yang meninggal, ,biasanya suka ada yang menanyakan, apakah ada yang merasa dihutangi oleh almarhum?..........saking pentingnya masalah hutang, sampai-sampai sudah meninggalkan pun, hutang itu masih harus dibereskan……..

Ada orang yang ketika berhutang merasa mendapat rezeki nomplok, tapi pas giliran bayar merasa seperti di rampok……….biasanya orang tipe gini suka susah buat bayar hutang, kadang mengulur-ngulur waktu pembayarannya atau yang lebih parah pura-pura lupa sampai lupa beneran….sementara yang dihutangi pun kadang-kadang suka sungkan untuk menagih, terutama hutang-hutang dalam jumlah kecil…..tapi sebagai orang yang dihutangi, kita pun sebenarnya punya tanggung jawab untuk mengingatkannya……..

Berikut ini, ilmu yang saya dapatkan tentang cara menagih hutang:
1.Sebelum meminjamkan uang, sebaiknya ditanyakan kapan ia akan membayar (mungkin untuk hutang besar…..soalnya kalau hutangnya relative sedikit, kebanyakan dari kita agak sungkan menanyakan hal ini)

2.Jangan menagih didepan orang banyak

3.Sebelum menagih hutang, sebaiknya kita awali dengan obrolan ringan

4.Setelah dilihat kondisi yang meminjam dalam keadaan baik, missal tidak ada anggota keluarganya yang sedang sakit, karena kalau ada yang sakit, khawatirnya akan menambah beban, tidak ada salahnya kita beri kelonggaran

5.Kalau Yang menghutang seperti enggan membayar padahal mampu, mungkin dapat diberi penjelasan, bahwa kita pun memerlukan uang itu

6.Ucapkan terima kasih ketika hutang itu dibayar

Nah, anda punya tips lain dalam menagih hutang?...

[+/-] Baca Selengkapnya...

23 Februari, 2009

EPISODE CINTA SANG MURABI


Episode Cinta Sang Murabi, adalah sebuah buku yang menceritakan testimoni tentang KH Rahmat Abdullah, saya beli buku ini di Islamic Book Fair tanggal 8 februari yang lalu…..saya beli bukunya tanpa perencanaan….hanya ingin membeli saja, karena saya pun tidak begitu tahu sepak terjang Ustadz Rahmat Abdullah….saya hanya beberapa kali membaca tulisan beliau di majalah Tarbawi, itu pun hanya sesekali….tapi setelah saya baca buku ini, saya cukup tercengang dengan untaian-untaian kalimat indah yang menggetarkan hati ……

Buku ini benar-benar berisi tentang testimoni….. testimoni dari orang-orang yang mengenal KH Rahmat Abdullah (baik yang mengenal secara fisik maupun yang hanya mengenal pemikiran beliau yang tersebar dalam tulisan-tulisan dakwahnya)………
Sebelumnya, saya tidak pernah membaca buku dengan kondisi yang penuh getaran seperti ini, entah mengapa, saat saya larut untuk mencerna kalimat demi kalimat, kok saya menjadi melankolis, se-melankolis orang-orang yang menulis testimoninya dibuku tersebut dengan penuh keharuan ……sekaligus kebanggaan…..aneh sungguh aneh…..kalaupun saya melankolis membaca sebuah buku, tapi hanya melankolis sesaat….beda ketika saya baca buku ini….ada sisi ruhiyah yang begitu kuat….

Membaca bukunya saja sampai bergetar, apalagi kalau berinteraksi dengan beliau…..dari testimoni tersebut, tergambar, bahwa beliau adalah ustadz yang begitu dikagumi, tawadhu, cerdas, futuristik, santun, lembut ….. Dari buku itu tergambar, bahwa KH Rahmat Abdullah adalah seorang ulama yang memberikan pengaruh yang sangat dahsyat kepada ummat…….. semua tingkah lakunya begitu melekat terkenang indah di hati para jama’ahnya….sepeninggal beliau, semua orang membicarakan kebaikan dan hanya kebaikan nya saja …….mungkin, memang kita semua merindukan hadirnya sosok ulama atau pemimpin karimastik yang dapat memberi pengaruh positif pada ummat…….. ….

Ibrah yang bisa saya ambil dari buku ini adalah…….bahwa baik buruknya manusia akan terlihat setelah dia tiada lagi di dunia ini…….apakah orang akan membicarakan sisi buruk kita ataukah sisi baik…….dengan membaca buku ini, ingin rasanya menjadi manusia yang bisa memberikan manfa’at bagi sebanyak-banyaknya orang disekitar kita…..ingin rasanya hidup ini bisa berarti ……ingin rasanya menjadi orang yang produktif dalam beramal shaleh….ingin rasanya memiliki sifat-sifat mulia yang dicontohkan Nabi SAW….ya, semua itu perlu proses dan perjuangan….

[+/-] Baca Selengkapnya...

16 Februari, 2009

KAKEK DI POJOK JALAN NARIPAN


Sore itu saya melintas di jalan Naripan Bandung, sudah beberapa hari Bandung sering diguyur hujan, tapi sore itu cuaca lebih cerah………mata saya menangkap sosok kakek yang saat itu sedang duduk tertidur, dan dipinggirnya ada satu buah kantong plastik, mungkin punya beliau ...gak kebayang, kalau lagi hujan, kakek itu berteduh dimana ya???? ....

Apakah kakek itu punya rumah sehingga harus tertidur di jalan? Apakah ia punya keluarga?
Seharusnya orang setua beliau sudah berada di rumah, berisitirahat, menikmati masa tua, dikelilingi kehangatan cinta dan kasih sayang dari anak dan cucunya, di umur yang sudah sepuh, seharusnya para kakek dan nenek sudah tidak mikirin apa-apa lagi………. di masa usia lanjut itu seharusnya mereka tinggal menyibukkan diri untuk meningkatkan ibadah……..tapi itulah realita yang ada disekelilling kita, mungkin masih banyak kakek dan nenek lain yang nasibnya seperti itu…..

Apa yang terbesit di fikiran anda ketika anda melihat kakek atau nenek yang hidup di jalanan? ……….kalau saya, ketika melihat sosok kakek atau nenek, jadi suka ingat sama Abah dan Emak, almarhum kakek dan nenek saya tercinta……. semoga Abah dan Emak ada dalam pelukan cinta Mu dan ada di dalam JannahMu yang Maha Indah……….
Dan ketika melihat kondisi sosial yang seperti ini, saya sangat menyesal karena saya tak mampu berbuat banyak, saya hanya mampu memandangi mereka, saya hanya mampu berdo’a, semoga mereka yang diuji dengan kondisi seperti itu senantiasa diberi kekuatan, ketabahan, semoga mereka senantiasa diberi hati yang lapang, senantiasa berbahagia dengan kondisi yang mereka rasakan…..hal lain yang mungkin bisa kita lakukan adalah senantiasa menginfakkan sebagian dari harta kita untuk mereka yang membutuhkan

[+/-] Baca Selengkapnya...

06 Februari, 2009

KARTUNYA DIKEMANAKAN YA?????


Ketika saya membereskan lemari buku yang sudah berbulan-bulan tidak pernah dibersihkan, saya menemukan tumpukan kartu ucapan selamat hari raya Idul Fitri........kartu-kartu zaman dulu, kartu-kartu dari sejak saya masih SD sampai SMA.....secara zaman dulu tuh masih main kartu-kartuan........ gak seperti sekarang, tinggal e-mail, SMS.........

Seperti yang saya lakukan terhadap name tag-name tag seminar.........karena cuma menuhin tempat, biasanya name tag itu suka saya buang.........nah, bagaimana ya dengan kartu ini?...buang jangan...buang jangan...buang jangan........menurut anda, buang jangan ya?

Tapi kalau dibuang sayang, soalnya punya nilai historis........ketika saya baca lagi tulisan-tulisan di kartu itu, fikiran saya terlintas membayangkan si pengirim kartu, dimana ya mereka sekarang?.....ih, jadi rindu sama mereka..........

[+/-] Baca Selengkapnya...