Ucapan ini terlontar dari Ustadz Aam, ketika menanggapi seorang bapak yang menanyakan masalah money politic, seperti kasus bagi-bagi uang saat kampanye, apakah hal seperti ini termasuk sogok menyogok yang sangat dilarang dalam Islam. Menurut saya, jawaban Ustadz Aam cukup menarik. Ustadz Aam kemudian bercerita, bahwa ketika beliau ngobrol dengan seorang bapak penarik becak yang dikenalnya, diperoleh informasi bahwa bapak penarik becak tersebut ikut kampanye dan memperoleh uang yang dibagi-bagikan oleh parpol yang sedang mempromosikan kandidatnya, tapi ada kalimat cerdas yang diberikan bapak penarik becak tersebut, bahwa bapak tersebut menerima uang yang diberikan oleh parpol, tapi kalau urusan memilih gimana nanti.
“lumayan kenging artos 50 ribu, tapi mun nyolok mah kumaha urang weh” (lumayan dapat uang 50 ribu, tapi kalau nyoblos gimana kita aja). Bapak penarik becak itu ikut memeriahkan kampanye, bukan untuk mendengarkan visi, misi ataupun program para kandidat, tapi ia tertarik karena akan mendapatkan uang. Boleh jadi, ketika para kandidat berorasi, si bapak mah kagak ngerti, sebagai rakyat kecil mungkin ia hanya mengharapkan kehidupan yang layak, kemudahan memperoleh rezeki. Maka ikutan kampanye sambil dapat duit, itu namanya side job. Bisa jadi penghasilan dari ikut kampanye, malah lebih besar dibanding penghasilannya sehari sebagai penarik becak.
Ternyata bapak penarik becak tersebut telah memiliki suatu kecerdasan politik, dimana ia hanya akan memilih pemimpin yang sesuai dengan hati nurani saja. Sedangkan tim sukses itu telah melakukan kebodohan, karena dia membagi-bagikan uang kepada orang yang belum jelas dan pasti akan memilihnya. Parpol yang masih melakukan modus seperti ini, nampaknya masih menganggap rakyat bodoh, karena menganggap dengan uang maka suara rakyat akan didapat......”menurut saya itu bukan sogok menyogok, itu hanya fenomena kebodohan tim sukses” begitu penjelasan dari Ustadz Aam.
09 Agustus, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar