14 September, 2008

HATI SELUAS SAMUDERA

Kalau pagi hari sekitar jam 6.30, jalan Ciwastra biasanya padat, macet, merayap, kadang sedikit bikin stress, khawatir telat masuk kantor. Tapi di pagi hari bulan Ramadhan, jalanan berubah menjadi sepi, lenggang, sehingga kendaraan pun akan bebas melaju tanpa hambatan………
Apakah karena memang bulan Ramadhan sehingga orang-orang memundurkan aktivitasnya menjadi lebih siang?

Pagi itu, angkot yang saya naiki, berhenti dan dinaiki sekelompok anak-anak sekolah, hingga angkot pun nyaris penuh, padahal sekitar 8 meter di depannya sudah ada angkot yang nyaris kosong sedang ngetem. Melihat hal itu, pak supir yang sudah sepuh, yang angkotnya saya tumpangi segera tersadar, dan ketika sebagian anak sekolah menaiki angkotnya, pak supir pun berkata “neng, itu yang di depan aja…”, tapi tampaknya anak-anak sekolah itu malas turun, sehingga keukeuh pada berebutan untuk duduk, pak supir akhirnya membiarkan mereka untuk duduk……angkot pun melaju, dan ketika berpapasan dengan sang supir yang sedang ngetem, pak supir sepuh itu membunyikan klaksonnya…………… teeeeetttttt………….. pak supir sepuh pun menyapa supir yang sedang ngetem tersebut, seorang supir muda

Saya kira sang supir akan marah besar karena “jatah” penumpang yang harusnya menaiki angkotnya, malah naik angkot lain, itu yang biasanya saya lihat, para supir akan saling mengomel ketika penumpangnya ada yang merebut. Tapi subhanallah, kejadian yang saya temui sungguh indah, ada pembelajaran disana. Sang supir muda malah membalas pak supir sepuh, sambil menganggukkan kepalanya dan memberikan senyum manis, tangannya pun mempersilahkan pak supir sepuh untuk berjalan duluan………..
Saya fikir tidak mudah untuk bersikap seperti itu, ditengah situasi yang amat kompetitif, cari uang amat sulit, dapat menjadikan orang lebih agresif, dan mungkin juga emosional……… sang supir muda itu tampaknya memiliki keluasan hati, luas seperti samudera, sang supir memiliki kemampuan untuk menerima kejadian itu dengan lapang dada………

Saya menilai, apa yang dilakukan sang supir adalah sebagai wujud menghormati orang yang lebih tua, dan sang supir pun tampaknya tidak takut kehilangan rezeki. Ya, salayaknya kita pun dapat mencontoh nilai kebaikan dari siapapun orang yang kita temui. Rezeki setiap orang memang sudah ditentukan Allah. Kalaupun pada saat itu sang supir kehilangan beberapa penumpangnya, semoga Allah segera menggantikan dengan rezeki yang berlipat ganda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar