Di awal Ramadhan, anda semua tentunya banyak mendapatkan SMS berisi ucapan selamat, tausiyah, saling mengingatkan, saling mendo’akan dan saling memohon ma’af.
Begitupun dengan saya, saya mendapatkan SMS itu dari sahabat-sahabat terbaik saya. Redaksi dari SMS-nya beragam, pokoknya sahabat-sahabat saya ini kreatif juga.
Ada yang ketika saya baca, membuat saya tersenyum sendiri, kok bisa-bisa nya orang membuat SMS dengan redaksi yang lucu tapi tetap “kena” ke hati, (meskipun kadang-kadang saya fikir, redaksi itu merupakan hasil forward, soalnya saya mendapatkan SMS senada dari beberapa sahabat......but anyway saya tetap senang dapat SMS seperti itu)...........
Tapi ada juga yang ketika saya baca, redaksinya ya biasa-biasa aja, tapi meskipun isinya standar, saya pun sangat senang menerimanya, karena yang terpenting adalah atensi dari sahabat-sahabat pada diri saya. .............saya pun kalau nulis SMS, isinya standar juga kok..........suatu atensi harus benar-benar dihargai dan dihormati, karena bagaimanapun juga, mereka telah meluangkan waktunya, mengambil pulsa HP-nya, hanya untuk mengirim SMS pada saya. Kadang saya tidak dapat mengirimkan SMS pada semua daftar yang ada di phonebook, mungkin ada skala prioritasnya, ngirim SMS kepada orang yang memang dekat dengan saya atau yang sering berinteraksi dengan saya, karena kemungkinan bikin dosa sama merekanya boleh jadi lebih besar. Bukan soal pilih-pilih, tapi memang terkadang saya meng-SMS di sela-sela aktivitas yang lain, sehingga tentunya ada juga sahabat yang terlewat tidak mendapat SMS tanpa saya sadari...(disamping tentunya karena pulsanya ternyata udah habis)..........
Selain redaksi SMS yang lucu dan standar, ternyata ada juga redaksi SMS yang “menyentil” hati dan perasaan, waduh isinya malah bikin sedih (bukan sedih karena nyakitin, tapi sedih karena mungkin kita masuk kategori apa yang ditulis di SMS tersebut). Berikut ini salah satu redaksi SMS yang isinya “menyentil” . Sesaat setelah membaca SMS tersebut, saya pun merenungkan kalimat demi kalimat yang ditulis dalam SMS tersebut......
“Jangan menunggu kesepian melanda, baru menghargai persahabatan. Jangan menunggu dicintai, baru mau mencintai. Jangan menunggu kekuasaan di tangan, baru berani menegakkan kebenaran. Jangan menunggu kekayaan, baru mau berbagi. Jangan menunggu orang lain terluka, baru mau meminta ma’af. Jangan menunggu kesulitan tiba, baru mau mendengar nasehat. Saudaraku jangan menunggu...karena kita tidak tahu berapa usia kita. FAFIRRU ILA ALLAH, Bersih Hati dan Diri di Bulan yang suci. Marhaban Ya Ramadhan...” isi SMS nya gak ada yang saya edit, by the way, saya belum minta izin menggunakan kalimat diatas pada sahabat saya ini , tapi saya yakin beliau pasti mengizinkannya kok (pe de gini!)....saya yakin karena isi SMS nya bisa menjadi renungan, tapi harusnya bukan hanya menjadi renungan saja, harus dibuktikan melalui tindakan....
Berkaitan dengan redaksi SMS diatas, saya jadi ingat pesan Baginda Rasulullah SAW.
“Rasulullah SAW bersabda: “Gunakanlah 5 perkara sebelum datang 5 perkara:1. masa mudamu sebelum tua, 2. masa sehatmu sebelum sakit, 3. masa lapangmu sebelum sibuk, 4. masa beradamu (kaya) sebelum jatuh miskin dan 5. masa hidupmu sebelum mati.”(HR. Muslim dan Tirmizi dari Amru bin Maimun r.a.)
Memang, salah satu sifat buruk manusia adalah selalu menunda-nunda. Padahal sudah diberi keluasan....keluasan harta, keluasan ilmu, keluasan waktu dan keluasan-keluasan yang lainnya yang dapat digunakan sebagai sarana agar diri ini bisa terus menjadi insan yang produktif dalam beramal shaleh...
“Jangan menunggu kesepian melanda, baru menghargai persahabatan.”.
Betul banget, Terkadang kita suka menganggap orang lain seperti diri kita, padahal orang lain adalah individu yang jauh berbeda dengan kita. Kadang kita tidak mampu berempati kepada teman, bahkan kepada keluarga, akibatnya kita tidak bisa mengontrol perilaku dan ucapan........padahal boleh jadi, apa yang kita lakukan, apa yang kita ucapkan malah membuat orang lain terluka.........kalau sudah begini, jadilah kita pribadi yang menyebalkan, dan mulailah orang menjauhi, maka selamat menderita karena kesepian di tengah keramian akan segera menemani hari-hari yang akan dilalui.....
“Allah Ta’ala berfirman :”Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS Al Mukmin:18)
“Jangan menunggu dicintai, baru mau mencintai.”
Memang sih, pengennya kita selalu mendapat cinta dari sekeliling, kita selalu ingin diperhatikan, disayang, ...pokoknya diperlakukan secara baik...........tapi kadang kita gak sadar, kalau kita ini pelit banget untuk mencintai, menyayangi atau memperlakukan orang lain secara ahsan.........
“Kasihilah yang di bumi, niscaya yang dilangit akan mengasihimu.” (HR Tirmidzi)
Sifat kasih sayang itu harus dilatih dan dipelihara agar tetap subur. Saya mendapatkan tips dari majalah Tarbawi Edisi 35, Mei 2002. untuk melatih dan menumbuhsuburkan kasih sayang, antara lain:
1. Suburkan kasih sayang dengan meningkatkan keikhlasan
Kasih sayang tak mungkin ada tanpa keikhlasan. Memiliki sikap selalu berempati hanya bisa muncul pada orang-orang yang memiliki keikhlasan.
2. Bersikap adil dalam menilai manusia
Jangan pernah memiliki sikap untuk membeda-bedakan manusia dari segi kedudukan, harta, fisik atau menilai orang lain dengan kaca mata duniawi dan materi. Jangan merendahkan orang lain yang dianggap memiliki kekurangan dalam pandangan manusia, karena boleh jadi dalam pandangan Allah orang tersebut lebih mulia.
3. Perbarui kasih sayang
Terkadang manusia diserang rasa jenuh, bosan. Maka pesan Rasulullah SAW agar kasih sayang dan cinta tetap bersemi di hati, adalah dengan saling memberi hadiah.
“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai.”
4. Perhatikan kisah orang lain yang memiliki jiwa kasih sayang yang tinggi
Ada kisah tentang seorang ahli ibadah yang dinyatakan menjadi ahli neraka karena ia mengurung kucing sampai kelaparan. Tapi ada juga orang yang berlumuran dosa, tapi ternyata ia ditetapkan sebagai ahli surga karena menolong minum seekor anjing yang akan mati kehausan.
Jadi jangan anggap sepele bentuk kasih sayang. Lakukan saja yang terbaik, meskipun apa yang kita kerjakan dianggap kecil.
5. Perbanyaklah silaturahmi
Banyak bersilaturahmi, melihat kehidupan lain yang jauh lebih susah akan melembutkan hati dan memupuk rasa kasih sayang pada sesama.
“Jangan menunggu kekuasaan di tangan, baru berani menegakkan kebenaran.”
Terkadang kita menganggap masa bodoh dengan apa yang terjadi di sekeliling, karena ada anggapan bahwa memberantas kemaksiatan, dan menegakkan kebenaran adalah tugas aparat, buat apa mereka di gaji kalau kita juga harus turun tangan....
Tapi sebagai muslim yang baik, seharusnya ikut terlibat untuk meluruskan segala kebengkokan yang terjadi. Ya, kalau gak punya kekuatan fisik, materi atau jabatan, minimal dengan hati, dengan mendo’akan agar segala ketidakberesan yang ada didepan mata bisa segera diluruskan. Walaupun itu dikategorikan sebagai selemah-lemahnya iman.
Gak usah jauh-jauh, misal kita mulai dari lingkungan keluarga, kalau ada adik atau kakak yang mulai gak lurus, jangan nunggu orang tua untuk menegurnya, kita harus sama-sama saling mengingatkan. Begitupun di lingkungan kerja atau masyarakat.......
“Jangan menunggu kekayaan, baru mau berbagi.”
Kadang kita suka mengidentikan berbagi dengan membagi materi. Padahal banyak hal yang bisa kita bagi untuk sekeliling kita. Minimal berwajah cerah dan memberikan senyuman yang terbaik, itu juga sudah dianggap shadaqah.
“Jangan menunggu orang lain terluka, baru mau meminta ma’af”
Dulu, ketika saya masih SMA, ada sahabat saya yang sedikit-sedikit suka minta ma’af....kami, teman-temannya suka mentertawakan tindakan teman tersebut, karena malah dianggap aneh.........aneh, karena kita gak biasa meminta ma’af, bahkan ketika menyadari bahwa kita salah pun, masih egois, enggan untuk meminta ma’af terlebih dahulu....padahal kalau direnungkan, justru tindakan teman saya itu, adalah bentuk kehati-hatian beliau agar tidak menyakiti orang lain........yah, walaupun tidak harus se-ekstrim mpok Minah yang ada di Bajai Bajuri....tapi kecepatan menyadari kesalahan yang ditindaklanjuti dengan permohonan ma’af adalah hal yang mulia....
“Jangan menunggu kesulitan tiba, baru mau mendengar nasehat.”
Ketika orang tua memberikan nasehat yang banyak, kadang sebagai anak gak mau mendengarkannya. Padahal orang tua kita adalah orang yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, jadi tentunya mereka memiliki feeling yang lebih baik untuk kebaikan anak-anaknya. Sang anak suka nekat, karena dia memang belum pernah merasakan akibat buruk dari keputusan yang diambil tanpa meminta second opinion dari orang lain, terutama nasehat dari orang tua........
Ya Allah, semoga nasehat diatas, dapat menjadi pemicu agar senantiasa bisa menyegerakan segala kebaikan, sampai sekarang saja, saya merasa masih jauh dari apa yang dinasehatkan itu......
Btw, makasih loh mas atas nasehatnya............
01 September, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar