Salah satu sahabat saya sedang mengalami kegundahan, tekanan yang amat sangat di kantor (menurut beliau), “rasa-rasanya kalau gak ingat keluarga, rasanya pengen secepatnya resign dari kantor…”, keluh sahabat saya.
Saya adalah orang yang sering mendapat curhatan dari beliau………ingin sekali saya membantu meringankan bebannya yang nampaknya begitu berat. Menurut beliau, cobaan datang bertubi-tubi. Suaminya di PHK, kena tipu dengan jumlah uang yang lumayan banyak dan akhir-akhir ini pimpinan beliau di kantor menilai performa kerja nya menurun drastis, akibatnya teman saya ini sering kena “cipratan emosi” sang bos, dan lama kelamaan setiap tindakannya selalu dianggap salah….rasanya tidak ada yang dianggap benar. Puncaknya teman saya mendapat teguran keras, ditegur keras di hadapan orang lain………kalau kita mendapat teguran, kan inginnya hanya empat mata saja, gak perlu ada orang lain yang tahu kesalahan kita……. Akhirnya sahabat saya pun curhat lagi sambil berlinangan air mata, karena teguran sang bos sangat menusuk harga dirinya…….. karena sang bos memarahinya di hadapan orang lain dengan kata-kata yang amat “nyelekit”………
Sebagai seorang teman, yang hanya bisa saya lakukan adalah menjadi pendengar yang baik……saya pernah dengar, bahwa secara psikologis, ketika manusia membeberkan masalahnya pada manusia lain, maka ia akan merasa lebih ringan. ….. Sejak awal sahabat saya curhat, saya hanya memposisikan diri sebagai pendengar, saya biarkan sahabat saya curhat sepuasnya, saya tidak punya power yang bisa membantunya dari keterpurukan, saya hanya bisa memotivasi dengan kalimat yang bisa saya ucapkan “sabar aja, pasti semua ada hikmahnya. Setiap manusia pasti mengalami ujian, tinggal kita memanage segala ketidak-enakan hidup menjadi sesuatu yang kaya akan ibrah yang bisa dipetik. Maka ketika kita tahu betapa banyak hikmah di balik semua kejadian, kita akan menjadi orang yang banyak bersyukur.”………aduh, saya berbicara seperti itu, karena saya tidak di posisi beliau, saya tidak merasakannya, saya hanya coba berempati, tapi tetap saja saya tidak bisa merasakan apa yang dia rasakan. Saya hanya bisa membayangkan beban dan kepedihannya………
Akhirnya saya katakan pada sahabat saya ini, “coba aja shalat tahajud, ngadu aja sama Allah……..curhat semuanya. Kalau yang saya rasakan, ketika menyempatkan diri untuk shalat tahajud, maka biasanya akan ada perasaan enjoy, safe dan perasaan easy going lainnya dalam menatap kehidupan yang memang harus kita perjuangkan dan harus kita jalani. Meskipun saya punya masalah berat, saya merasakan semuanya bisa di handle dengan baik….karena kita pun harus yakin, bahwa setiap kesulitan diapit dengan segala kemudahan yang Allah sediakan untuk kita.”…..ya, sebagai manusia, kepada siapa lagi kita bisa ngadu, kalau tidak kepada Dzat Maha Penguasa, Allah SWT…..kalau ngadu ke orang tua, nanti malah membebani beliau, menjadi beban fikiran beliau, ngadu ke teman, paling juga cuma bisa mendengarkan (seperti saya ini), paling cuma bilang sabar…..tapi kalau ngadunya ke Allah, pasti bakal ada jalan keluar, sesulit apapun ujian itu……saat ngadu, kita bisa berurai air mata seenak kita, nangis seenak kita, pokoknya mau jadi manusia tercengeng di dunia juga gak apa-apa, karena Allah gak akan memarahi kita………kalau sama manusia, melihat wajah kita yang melo terus, kuyuk, gak semangat aja pasti bosen juga. Mungkin mereka bilang “nih orang, kok gak ada semangatnya sedikit pun” ……..
Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah berkata “Jika Engkau mendapat cobaan yang sulit, tak ada yang pantas engkau lakukan kecuali berdo’a dan menyerahkan semuanya kepada Allah setelah bertaubat dengan serius.”
Beberapa hari kemudian, sahabat saya sharing lagi mengenai hasil shalat tahajudnya…..”ternyata memang benar, setelah saya tahajud, perasaan tuh tenang, ngadepin hidup lebih rileks, rasanya sudah pasrah aja. Kemarin aja saya dapat bocoran dari orang personalia, kalau saya mau ditegur lagi sama bos, mau ada panggilan “khusus”. Dan memang akhirnya saya dipanggil ke ruang bos, fikiran saya sudah yang enggak-enggak, pasti bos akan marah-marah lagi…tapi ternyata, semua di luar dugaan, bos malah lebih lembut, dia bilang yang sudah terjadi sudah, gak usah diungkit-ungkit lagi, bos marah besar sama saya karena saya sering lalai….bla-bla..bla…”.sebenarnya lumayan panjang cerita sahabat saya itu…
Saya pun segera menanggapi ceritanya dengan mengatakan “Alhamdulillah, Allah pasti menolong kita. Sesulit apapun ujian kita, kalau kita mau mendekat, mohon ampun, mohon pertolongannya, pasti Allah tidak akan pernah mensia-siakan setiap uraian do’a kita. Allah tidak akan pernah meninggalkan kita. Saya rasa, hati bos yang menjadi lembut adalah bentuk pertolongan Allah. Dan ketika kita menjadi pasrah, diberi ketenangan untuk mengahapi semuanya, itu pun bentuk pertolongan Allah. Karena kalau menurut saya, sebagai manusia, kita gak bisa dengan mudah mendapat ketenangan itu, kecuali kalau kita benar-benar minta pada Allah, agar Allah senantiasa memberikan ketenangan”.
“Allah lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang Mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka. Dan kepunyaan Allah lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS AL Fath 48:4)
Mungkin bagi orang-orang yang jauh dari Allah, tidak pernah mau mendekat untuk meminta pertolongan, ketika dia mendapatkan ujian demi ujian, maka boleh jadi ia akan sangat stress, dia gak bakalan punya yang namanya ketenangan. Jadi, ketenangan adalah sesuatu yang sesungguhnya amat sangat mahal……bersyukurlah kita bisa memperoleh, bisa merasakan ketenangan tersebut…”
Akhirnya, saya merasa bersyukur bahwa sahabat saya bisa mendapatkan ketenangan dan tentunya bisa pasrah dalam menghadapi kehidupan.
Biarkan hari-hari bertingkah semaunya
Buatlah diri ini rela ketika ketentuan Nya bicara
Dan jangan gelisah dengan kisah malam
Tak ada kisah dunia ini yang abadi
(Imam Syafi’i)
Kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya ujian, setelah ujian satu selesai maka kita harus siap-siap mengahadapi ujian berikutnya, itu sudah sunatullah, jadi persiapkan saja diri kita, agar ketika kita mendapat ujian, maka kita dapat bersikap bijak untuk memperlakukannya,. Dan kita pun harus ingat, bahwa bentuk ujian tidak selalu ujian yang berisi penderitaan saja, tapi kesenagan hidup yang kita rasakan bisa menjadi batu ujian juga. Apakah dengan kesenangan itu kita bisa mensyukurinya, atau kita malah menjadi sombong..
Saya jadi ingat sabda Rasulullah SAW, bahwa sungguh mengagumkan mental orang yang beriman, karena ketika diberi ujian dia bersabar, dan itu baik baginya. Ketika diberi kesenangan ia akan bersyukur, dan itu baik baginya.
Jadi kalau orang yang beriman, selalu memandang semua kejadian dengan kaca mata positif.
Saat saya mendengar Percikan Iman pagi di Radi Oz, saya dapat ilmu lagi dari ustadz Aam, beliau mengatakan bahwa ketika kita menghadapi masalah, maka tergantung kaca mata apa yang kita pakai. Ketika kita memakai kaca mata hitam, maka kertas putih pun akan terlihat hitam, tetapi kalau kita memakai kaca mata yang jernih dan bersih, maka kertas putih akan terlihat putih. Kita harus selalu memiliki prasangka baik pada Allah. Bukankah Allah sesuai dengan prasangka hambaNya?, jadi kalau ada prasangka buruk, hendaknya kita harus segera memformat ulang cara pandang yang kita pakai.
Semoga Allah, senantiasa memberikan kemudahan dan ketenangan dalam setiap langkah kehidupan kita….
03 September, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar