Semua manusia pada dasarnya memiliki sifat marah, karena marah adalah salah satu tabiat manusia. maka agama tidak melarang marah, tetapi kita diperintahkan untuk dapat mengendalikan marah dan senantiasa menjadi pema’af, seperti yang diperintahkan Allah SWT dalam QS Al A’raaf: 199 “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”
Pemicu kemarahan
Al Imam Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: “Empat hal, barangsiapa yang mampu mengendalikannya maka Allah akan menjaga dari syaitan dan diharamkan dari neraka : yaitu seseorang mampu menguasai nafsunya ketika berkeinginan, cemas, syahwat dan marah.”
Kemarahan dapat dipicu oleh hal yang prinsip maupun yang tidak prinsip. Setiap muslim harus marah manakala kemuliaan Islam dilecehkan, contohnya kasus penghinaan terhadap baginda Rasulullah SAW yang marak dilakukan oleh orang-orang yang anti Islam.
Sedangkan kita dituntut untuk dapat mengendalikan marah sekaligus mema’afkan orang lain ketika penyebab marahnya tertuju kepada diri sebagai pribadi, contohnya ketika kerja keras seorang suami kurang dihargai istrinya. Dalam riwayat Abu Said al-Khudri Rasulullah saw bersabda Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridhai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridhai (H.R. Ahmad).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Berilah saya nasihat.” Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan marah.” Lelaki itu terus mengulang-ulang permintaannya dan beliau tetap menjawab, “Jangan marah.” (HR. Bukhari).
Marah merusak fisik dan mental
Kemarahan adalah bara api yang ditanamkan setan ke dalam hati manusia, sehingga secara fisik, kita pun dapat melihat tanda-tanda kemarahan, seperti mata menjadi merah, urat lehernya menegang, tangan gemetar sampai mengeluarkan sumpah serapah. Jika tidak dapat mengendalikan marah, maka manusia dapat kehilangan akal sehatnya. Imam Ja'far Ash-Shadiq as memberikan nasehat, yaitu "Hindarilah amarah, karena hal itu akan menyebabkan kamu tercela."
Kemarahan dapat merusak keseimbangan emosional dan merusak kesehatan jasmani. Orang yang pemarah, biasanya mengalami gejala seperti sakit punggung akibat stress, susah tidur, sakit perut, detak jantung meningkat melebihi batas,
Cara mengatasi marah
Ada seorang lelaki yang datang menemui Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan, “Wahai Rosululloh, ajarkanlah kepada saya sebuah ilmu yang bisa mendekatkan saya ke surga dan menjauhkan dari neraka.” Maka beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan tumpahkan kemarahanmu. Niscaya surga akan kau dapatkan.” (HR. Thobrani, Shohih)
Maka menahan marah merupakan suatu hal yang harus kita latih agar mendapatkan kenikmatan di surga kelak Berikut ini tips sesuai tuntunan baginda Rasulullah SAW :
1. Membaca Ta'awwudz.
Sulaiman Ibnu Sard meriwayatkan, pernah dua orang saling mencerca satu sama lainnya di hadapan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam. Sementara itu, kami sedang duduk di sisinya. Salah seorang dari mereka menghina yang lainnya dengan marah, hingga merah mukanya. Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, Aku mengetahui suatu kalimat, jika diucapkan olehnya (laki-laki yang merah mukanya, Red), maka akan hilang kemarahannya. Hendaklah dia berkata: A’udzubillahi minasy syaithanir rajim (artinya, aku berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk). ( Shahih AI Bukhari, hadits no. 6115. Dan Shahih Muslim, hadits no. 2610.)
Rasulullah bersabda Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A'uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk (H.R. Bukhari Muslim).
2. Berwudlu.
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya, kemarahan itu berasal dari syetan. Dan syetan tercipta dari api. Dan sesungguhnya, api itu dapat dipadamkan dengan air Jika salah seorang diantara kalian marah, maka berwudhulah. (Musnad Imam Ahmad, 4/226, Sunan Abu Daud, hadits no. 4784. Hadis ini hasan. Lihatlah Jami’ Al Ushul, tahqiq Al Arna’uth, 8/439.)
3. Duduk.
Dalam sebuah hadist dikatakan Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah (H.R. Abu Dawud).
Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, Jika salah seorang kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri, maka hendaklah duduk. Jika masih belum reda marahnya, maka hendaklah berbaring.( Musnad Imam Ahmad 5/152. Al Haitsami berkata, “Para perawinya perawi shahih.” Majma’ Az Zawaid, 8/70.)
Hal ini karena marah dalam berdiri lebih besar kemungkinannya melakukan kejelekan dan kerusakan daripada dalam keadaan duduk. Sedangkan berbaring lebih jauh lagi dari duduk dan berdiri.
4. Diam.
Rasulullah shallallahu`alaihi wasallam bersabda, Jika engkau marah, maka diamlah. Jika engkau marah, maka diamlah.(Musnad Imam Ahmad 1/283-365. Hadits ini hasan lighairihi*) .
banyak berbicara dalam keadaan marah tidak bisa terkontrol sehingga terjatuh pada pembicaraan yang tercela dan membahayakan dirinya dan orang lain.
Dalam hadits disebutkan :“Apabila diantara kalian marah maka diamlah.” Beliau ucapkan tiga kali. (HR. Ahmad)
Dalam sebuah hadist dikatakan Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah (H.R. Ahmad).
5. Bersujud, artinya shalat sunnah mininal dua rakaat.
Dalam sebuahhadist dikatakan Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud). (H.R. Tirmidzi)
30 Juli, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
semoga marah dpt dikndlikan
BalasHapus