09 Agustus, 2008

GOLPUT BUKAN SUATU PILIHAN YANG BIJAK

Di televisi, kita semakin sering melihat para pejabat yang tertangkap KPK, karena tindakan korupsi.
Adanya reformasi di tahun 1998, juga belum dapat mengeluarkan Indonesia dari krisis yang berkepanjangan. Sebagian masyarakat akhirnya menjadi apatis, tidak percaya lagi pada siapapun kandidat calon pemimpin yang ditawarkan untuk dipilih secara langsung, dan pada akhirya, setiap ada pemilu, golongan masyarakat yang apatis itu lebih memilih untuk berada di jalan golput.

Menurut saya, tanpa mengurangi rasa hormat kepada mereka yang menjadikan golput sebagai pilihannya karena itu hak dia juga, tapi saya punya pendapat lain, bahwa memilih untuk menjadi golput adalah suatu tindakan yang tidak bijak (meski dulu sekali....saya pernah terkontaminasi dan terlintas untuk ikut jadi golput). Tapi setelah banyak mengikuti kajian, fikiran saya rada-rada kebuka.... dapat pencerahan......dan tentunya kita memang harus berubah ketika kita mendapatkan informasi yang membimbing kita ke arah kebaikan....maka orientasi yang salah harus segera diluruskan.

Bagaimana mungkin kita tidak ikut serta untuk memperbaharui keadaan di daerah kita atau negara kita. Menjadi golput berarti membiarkan keadaan semakin terpuruk, padahal seharusnya kita bisa menggunakan hak politik sebagai warga negara untuk ikut berperan serta merubah keadaan, salah satunya dengan memilih pemimpin, kalau memang menurut penilaian kita semua pemimpin jelek, rasanya tidak mungkin juga, pasti mereka memiliki sisi baik, wajarkan namanya juga manusia. Jika baik, tidak ada cacat keburukan, itu mah bukan manusia, tapi malaikat. Dan jika jelek semua, tidak ada sisi kebaikan, itu mah setan namanya. Manusia telah diciptakan dengan potensi kebaikan, meskipun ada juga potensi keburukannya.

Menurut Ali Syari’ati, tanpa pemimpin umat manusia akan mengalami disorientasi dan alienasi. Islam adalah agama yang selalu mengajarkan kebersamaan. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa kita hidup dalam suatu jama’ah, maka setiap jama’ah harus memiliki pemimpin. Jama’ah tidak akan terbentuk tanpa adanya pemimpin. Pemimpin diperlukan agar ia dapat mengarahkan umatnya

Dalam hadist Bukhari disebutkan, ketika tiga orang keluar dalam sebuah perjalanan jauh, hendaklah diangkat salah satu diantaranya menjadi pemimpin, tidak halal tiga orang berada dalam sebuah perjalanan jauh, kecuali salah seorang diantaranya diangkat menjadi pemimpin.

Ketika bepergian saja harus ada pemimpin, apalagi menjalankan roda kehidupan di suatu daerah/negara yang membutuhkan seorang yang bisa menentukan arah kebijakan..........

Satu suara kita adalah amanah yang tentunya akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah. Jika kita memilih pemimpin yang bobrok, maka kita telah membiarkan kebobrokan merajalela di sekitar kita. Maka dari itu, pilihlah pemimpin yang memiliki komitmen pada nilai-nilai kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar